Alam Pakidulan Menginspirasi Batik
Keindahan pesona alam di Pakidulan, Kabupaten Sukabumi kini dimanfaatkan inspirasi usaha skala kecil menengah, inspirasi produksi batik ramah lingkungan. Sifat ramah lingkungan ini meliputi aspek bahan produksi maupun corak dari pakaian Batik, Pakidulan Sukabumi. Ini terinspirasi dari keindahan dan eksotisme pesona alam dan keanekaragaman hayati di kawasan Geopark Ciletuh. Batik pakidulan kini turut mewarnai dan melengkapi koleksi batik Indonesia khususnya batik sukabumi, menyusul batik Jawa Barat lainnya, seperti batik garut, batik tasikmalaya, batik cirebon, batik bandung, dll. Apalagi dengan keunggulan dan pendaftaran produk hak cipta hasil karyanya mendapat apresiasi dan mendapat perlindungan dari Pemerintah Indonesia. Menurut seorang perajin batik pakidulan, Aliyudin Firdaus, ada tiga motif andalan, yaitu motif curug (air terjun) yang menggambarkan ekspresi keprihatian jika terjadi pencemaran lingkungan jun di Geopark Ciletuh. Motif i panenjoan adalah ekspresi artistik pemandangan eksotis berupa amfiteater raksasa di kawasan geologi purba di Geopark Ciletuh serta motif hujungan adalah ekspresi pulau-pulau kecil di Hujungan, merupakan pemandangan batuan geologi Jampang purba berusia 65 juta tahun di Geopark Ciletuh. Menurut Aliyudin, produk-produk batik pakidulan sudah ditampilkan pada Jakarta Trade Expo Oktober 2014 lalu. Pengenalan teknik produksi bahan-bahan pewarna dan produksi batik ramah lingkungan, diperoleh melalui teknik yang diaplikasikan Bio Farma. R Herry Kepala Divisi CSR Bio Farma, yang dikonfirmasi mengatakan, pada prinsipnya ini hanya merupakan teknis yang diterapkan dan diajarkan kepada sejumlah perajin batik di Sukabumi, untuk membuat bahan-bahan batik secara ramah lingkungan. Yang diajarkan adalah hal pengelolaan limbah dari produksi batik seperti pengelolaan limbah dilakukan Bio Farma. Disebutkan pembuatan bahan-bahan dan pewarna pembuatan batik itu, dilakukan oleh para perajin batik itu sendiri. Pihaknya hanya mengajarkan caranya untuk diaplikasikan dalam pembuat bahan-bahan membatik sehingga hal ini bukan merupakan sesuatu yang bersifat bisnis. “Terkait proses hijau dalam pembuatan pewarna ramah lingkungan, dibuat berdasarkan teknologi nano yang sedang proses pendaftaran Hak Cipta ke Direktorat Hak Kekayaan Intelektual. Produksi batik ramah lingkungan dapat dipelajari pula oleh perajin batik lainnya terutama terkait cara membuat bahan-bahan membatik yang alami,” ujarnya. Bank Indonesia berpendapat Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah V Jateng – DIY Iskandar Simorangkir di Semarang, dilansir Antara, mengatakan, negara lain sulit meniru produk asal Indonesia terutama untuk produk unggulan yang salah satunya batik. (Kodar Solihat/”PR") Sumber : Pikiran Rakyat
Currently, the beauty of the natural charm in Pakidulan, Kabupaten Sukabumi, is used as a source of inspiration of environmentally friendly batik production for small and medium scale enterprises. The nature of environmentally friendly includes the aspects of production materials and the clothing pattern of Batik, Pakidulan Sukabumi. It was inspired by the beauty and exoticism of natural charm and biodiversity in Geopark Ciletuh. Pakidulan batik currently added the variation as well as completed Indonesian batik collection, especially batik sukabumi, follows other variations of West Java Batik, such as batik Garut, batik Tasikmalaya, batik Cirebon, batik Bandung, dll. With the excellence and registration of product copy rights, the product will be appreciated and protected by the Government of Indonesia. According to a pakidulan batik artisan, Aliyudin Firdaus, there are three main patterns, which are curug (waterfall) pattern which describes the expression of concern if there is an environmental pollution to the waterfall in Geopark Ciletuh. Second, the panenjoan pattern is an artistic expression of exotic view, which describes the giant amphitheater in the ancient geological region in Geopark Ciletuh. Finally, the hujungan pattern is an expression of small islands in Hujungan, which is a view of ancient Jampang geological rocks, which have been 65 million years old in Geopark Ciletuh. According to Aliyudin, the Pakidulan batik products have been exhibited in Jakarta Trade Expo last October 2014. The introduction of technical production of the coloring materials and environmentally friendly batik production is obtained through the techniques applied by Bio Farma. R. Herry, Head of CSR Division of Bio Farma, confirmed that basically, it is only the techniques which are applied and taught to a number of batik artisans in Sukabumi to produce environmentally friendly batik materials. The material taught includes management of waste as the result of the batik production as the waste management conducted by Bio Farma. It is stated that the production of material and coloring material is conducted by the batik artisans themselves. They only taught the techniques which will be applied in the production of batik materials; thus, it is not something commercial. “Related to the green process in the production of environmentally friendly coloring material, it is produced based on nano technology, which is still in the copy right registration process to the Directorate of Intellectual Property Rights. The production of environmentally friendly batik can be also learned by other batik artisans, especially related to the natural techniques in producing batik materials,” he said. Bank Indonesia said that the Head of Bank Indonesia Regional Representative Office V of Central Java – DIY, Iskandar Simorangkir in Semarang as reported by Antara, said that other countries are difficult to copy Indonesian products, especially superior products like batik. (Kodar Solihat/”PR") Source : Pikiran Rakyat