Ini Alasannya Indonesia Perlu Jadi Center of Excellence Vaksin untuk OKI
[caption id="attachment_32124" align="alignleft" width="397"] Para peserta berfoto bersama dihalaman Gedung Heritage Bio Farma pada pembukaan Workshop Manajemen Vaksin Negara Islam, di Bio Farma, Kota Bandung, Selasa (15/11).[/caption]
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Indonesia merupakan salah satu dari dua negara Islam yang telah mengantongi prakualifikasi WHO untuk vaksin yang diproduksi. Oleh karena itu, dalam pertemuan di Jedah pada Desember mendatang, Indonesia akan diajukan sebagai center of excellence di bidang vaksin untuk negara-negara Islam (OKI).
"Ada agenda yang sangat strategis yang sedang kita perjuangkan, yaitu membuat center of exellence. Ini yang kami ajukan di pertemuan-pertemuan OIC dan IDB," ujar Presiden Direktur Bio Farma Iskandar saat ditemui dalam penutupan Workshop Manajemen Vaksin Negara Islam di Exhibition Hall Bio Farma, Kamis (17/11).
Iskandar mengatakan pusat penelitian bersama penting untuk dimiliki negara-negara Islam jika berharap vaksin halal. Iskandar mengatakan sulit unuk berharap halal jika masih mengandalkan pusat penelitian lain.
Oleh karena itu, Iskandar mengatakan negara-negara Islam perlu memiliki pusat penelitian sendiri. Dengan begitu, negara-negara Islam dapat melakukan penelitian sendiri dan menghasilkan teknologi. "Kalau bersama-masa, masa tidak bisa?" lanjut Iskandar.
Di sisi lain, keberadaan center of excellence di bidang vaksin bagi negara-negara Islam juga dapat mendukung kemandirian dalam hal produksi vaksin. Di Indonesia, Iskandar mengatakan sebagian besar bahan baku yang digunakan berasal dari luar negeri. Hal ini, lanjut Iskandar, masih mengindikasikan ketidakmandirian.
"Kalau ingin mandiri, harus punya center of excellence. Kalau tidak ada riset, jangan harap ada bahan baku obat yang seperti kita inginkan," jelas Iskandar.
Saat ini, Indonesia bisa dikatakan sebagai salah satu negara-negara OKI yang unggul dalam hal produksi vaksin. Dari 57 negara-negara Islam, hanya tujuh negara yang sudah memiliki pabrik vaksin sendiri. Di antara tujuh negara tersebut hanya Indonesia dan Senegal yang sudag mengantongi prakualifikasi World Health Organization (WHO) untuk vaksin-vaksin yang diproduksi.
Indonesia memiliki belasan vaksin produksi Bio Famra yang sudah mengantongi prakualifikasi WHO. Senegal memiliki satu vaksin yang sudah mengantongi prakualifikasi WHO untuk vaksin demam kuning.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum