Bangladesh Tertarik Belajar Vaksin dari Indonesia
[caption id="attachment_32106" align="alignleft" width="397"] Wasif Ali Khan (kiri) dari Bangladesh berbincang dengan Corporate Secretary Bio Farma M Rahman Rustan (kanan) tentang industri vaksin di negaranya disela-sela konferensi pers[/caption]
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- International Center for Diarrhoeal Disease Research (ICDDR) dari Bangladesh merupakan satu dari dua anggota baru dalam Kelompok Produsen Vaksin (Vaccine Manufacturers Group) Negara Islam. Dalam kesempatan ini, ICDDR mengungkapkan kekagumannya akan produksi vaksin yang dilakukan oleh Indonesia melalui Bio Farma.
"Kami sangat kagum dan berterimakasih karena sudah menyelenggarakan pertemuan ini," ujar perwakilan sekaligus peneliti ICDDR Wasif Ali Khan dalam Workshop Manajemen Industri Vaksin Negara Islam yang diselenggarakan di Exhibition Hall Bio Farma, Rabu (16/11).
Sebagai salah satu peserta, Khan mengatakan ada banyak materi menarik seputar produksi dan penyediaan vaksin yang ia pelajari. Khan berharap materi-materi seputar produksi dan penyediaan vaksin yang disampaikan oleh Bio Farma, WHO hingga BPOM RI dalam workshop ini, dapat menunjang perkembangan industri vaksin di negaranya.
Selain mendapatkan banyak pelajaran, Wasif berharap bergabungnya Bangladesh dengan VMG Negara Islam juga dapat meningkatkan kemandirian produksi vaksin di Bangladesh yang memiliki populasi cukup banyak. Salah satunya dengan cara menjalin kerja sama dengan negara-negara anggota VMG Negara Islam lainnya. "Terlebih dengan Bio Farma yang sudah berkiprah sejak 1819, ini kesempatan kami untuk belajar dari mereka," tambah Wasif.
Ketua Pertemuan Kelompok Produsen Vaksin Negara Islam atau Vaccine Manufacturers Group (VMG) sekaligus Corporate Secretary Bio Farma M. Rahman Rustan pun menyambut baik bergabungnya Bangladesh dalam VMG Negara Islam. Dalam rangka membantu negara-negara Islam menjadi lebih mandiri dalam produksi vaksin, Rahman mengatakan Bio Farma akan terbuka untuk menjalin kolaborasi.
Saat ini, sebagian besar industri vaksin di negara-negara anggota VMG Negara Islam memang belum mengantongi prakualifikasi WHO. Meski begitu, Rahman menilai tiap-tiap negara ini, termasuk Bangladesh, memiliki peneliti yang potensial. Sinergi yang dihasilkan dari kolaborasi juga diyakini Rahman dapat membantu Indonesia untuk melakukan percepatan dalam riset vaksin. "Kami terbuka untuk melakukan kolaborasi," ujar Rahman," jelas Rahman.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/11/17/ogrn8f359-bangladesh-tertarik-belajar-vaksin-dari-indonesia