BIO FARMA MOTORCYCLE CLUB AJANG RILEKS BERBUAH SINERGI
Di selimuti segarnya udara pagi yang turut menyembangi Kawasan Ciletuh yang berada sekitar 135 kilometer dari Kota Sukabumi, Jawa Barat, pada 13 November 2014 lalu, Asep Budiman, Ginanjar, Rachmat Hidayat, ari Kusuma, dan Yandi dari BFMC (Bio Farma Motorcycle Club) sudah bersiap-siap melaukan sebuah perjalanan. Setelah melengkapi diri dengan berbagai perlengkapan, mulai dari helm, jaket, spare part motor, makanan, hingga obat-obatan, motor trail yang menjadi sahabat perjalanan siap untuk dipacu. Ditemani lima rekannyadari MRCMX, counterpart BFMC, mereka pun memulai petualangan bertitle Ekspedisi Geopark.
Awal perjalanan dimulai dari secretariat Paguuban Alam Pakidulan Sukabumi (PAPSI) sebagai penggerak masyarakat kawasan Geopark Ciletuh yang juga memiliki komunitas trail adventure. Adapun jarak yang ditempuh sejauh 36 km dengan durasi sekitar 3 jam, diwarnai kontur jalan rta, naik maupun turun, juga berbatu. Disepanjang jalan ditemui pula permukiman yang jaraknya jauh satu dengan yang lannya.tak ketinggalan melewati sungai, jembatan kayu, sawah, bukit ilalang, pasir putih, hingga sampailah ke Puncak Darma.
Rute hari berikutnya jauh lebih menantang. Dengan waktu tempuh sekitar 15 jam, sepanjang lintasan umumnya merupakan hutan lindung dan tidak terdapat permukiman penduduk hingga akhirnya tiba ditujuan, Pantai Santigi.
Ekspedisi Geopark sendiri merupakan salah satu sinergi yang diwujudkan BFMC dengan perusahaannya, PT Bio Farma (Persero), guna dukungan kegiatan social perseroan terhadap pemberdayaan masyarakt. Tujuannya jelaas, membantu masyarakat sekitar mengelola serta mengembangkan kawasannya sendiri, utamanya bermanfaat bagi penduduk sekitarnya.
Dengan hasil ini, BFMC pun membuat pemetaan dan berencana membuat jalur terpendek menuju Santigi (+5 km) yang nantinya hanya diperuntukkan bagi pejalan kaki dan pengguna sepeda. “Setelah pemetaan menuju lokasi terdekat, kami juga akan melakukan pemetaan untuk lingkungan,” terang Asep Budiaman, Ketua BFMC, yang akrab disapa Bro Budi.
AWALNYA DARI HOBI
“Awak terbentuknya BFMC berasal dari keinginan me-refresh diri dari pekerjaan teman-teman di bagian Polio,” teranh sang Leader Bro Budi.
Kegiatan touring menuju tempat wisata Kawah Putih di Ciwidey tahun 2005 dengan peserta sebanyak 16 orang menggunakan 15 motor, yakni Bekjul, Vespa, Yamaha, Suzuki dan lain-lain menjadi asal muasal pemikiran terbentuknya BFMC. “Touring pertama tersebut dilakukan secara spontan dan mendadak, tidak ada persiapa yang matang dan pembiayaan secara urunan,” kisah Bro Budi.
Enam belas personel yang merupakan pendiri sejak 29 September 2005 lalu inilah, kini telah berkembag menjadi 501 anggota. Dari mulanya sekadar hobi, komunitas ini pun turut mengemban misi menyinergikan kebutuhan perusahaan. Tak hanya itu, BFMC juga telah tercatat keanggotaannya dalam wadah Ikatan Motor Indonesia Jawa Barat yang turut mengemban amanah membantu program-program kepolisian.
BFMC sendiri pun tidak menuntut syarat macam-macam bagi yang ingin bergabung. “Motor apa pun boleh, asal layak pakai,” terang Bro Budi.
Tujuan komunita pemakai motor yang ingin turut menyukseskan program perusahaan ini mendapat dukungan sepenuhnya dari perseroan. “Pak Dirut (Bio Farma) yang juga sebagai Pembina BFMC menginginkan organisasi ini lebih bersinergi lagi dengan perusahaan, “ jells Bro Budi.
Selain melakukan Ekspedisi Geopark, BFMC kerap bersinergi dengan perseroan guna melakukan kegiatan social lainnya, semisal pemberian bantuan bagi korban benacana alam dan pemberdayaan lingkungan masyarakat lainnya.
HARTA TERSEMBUNYI DI CILETUH
Dibalik Ekspedisi, Asep Budiman, Ketua BFMC, juga menyimpan misi tersendiri yang diamanahkan Iskandar, Direktur Utama PT Bio Farma (Perssero), untuk mencari tanaman santigi. “Alhamdulillah pencarian dua hari tersebut menghasilkan penemuan santigi di sekitar pantai setelah melewati hutan lindung, “kisahnya.
Santigi (Phempis Accidula) sendiri sebenarnya sudah taka sing lagi bagi para penggemar bonsai, layaknya miniature pohon yang besar dan tua di alam bebas. Dulunya tanaman ini banyak ditemui di sepanjang pantai selatan Jawa. Namun, sekarang sudah habis. Meski, kabarnya santigi masih dapat dijumpai di pantai Sumatra, Sulawesi, Papua, dan NTT.
Terctat, harga bonsai santigi terbilang fantastis hingga mencapai Rp 100 Juta. Sedangkan bonsai santigi yang masih belum jadi (bahan mentah) harganya berkisar Rp 25-30 Juta.
Sekitar 30-an tanaman santigi menjadi temuan tim BFMC di pesisir pantai wilayah Ciletuh, Kecamatan Ciemas, Sukabumi. Inilah sebuah kawasan yang dikenal sebagai salah satu dari tiga tempat di Pulau Jawa yang menyingkapkan kelompok batuan berumur paling tua di Pulau JAwa. Pesona batuan ini pun menghasilkan pemandangan yang sangat eksotis hingga menjadikan kawasan Ciletuh begitu unik.
Umunya lokasi wisata di Geopack Ciletuh masih dalam pengembangan oleh Pguyuban Alam Pakidula Sukabumi (PAPSI) sebagai penggerak masyarakat kawasan Geopark Ciletuh. Selain 5 air terjun, panorama pantai dan bebatuan geologi menjadi sesuatu yang saying untuk dilewatkan mata.
Sementara itu upaya BFMC sendiri guna menjadikan kawasan Ciletuh menjadi geopark dan diakui oleh badan duni UNESCO emang mmbutuhkan jalan panjang. Namun, sejatinya langkah nyata untuk memulai telah dikumadnagkan dengan melibatkan sepenuhnya masyarakat sekitar mengelola daerahnya sendiri. Bukan untuk kepentingan pribadi, organisasi maupun perusahaan, melainkan agar pesona Ciletuh turut dinikamti dunia.
Sumber : Majalah BUMN Insight, Mei 2015
-------------oo0oo-------------
Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi: N Nurlaela Head of Corporate Communications Department. PT Bio Farma (Persero) Jl. Pasteur No. 28 Bandung – 40161 Indonesia Phone : +62 22 2033755 ext. 37431 Fax : +62 22 2041306 Email : mail@biofarma.co.id Web : www.biofarma.co.id Twitter | Instagram | Youtube : @biofarmaID
Di selimuti segarnya udara pagi yang turut menyembangi Kawasan Ciletuh yang berada sekitar 135 kilometer dari Kota Sukabumi, Jawa Barat, pada 13 November 2014 lalu, Asep Budiman, Ginanjar, Rachmat Hidayat, ari Kusuma, dan Yandi dari BFMC (Bio Farma Motorcycle Club) sudah bersiap-siap melaukan sebuah perjalanan. Setelah melengkapi diri dengan berbagai perlengkapan, mulai dari helm, jaket, spare part motor, makanan, hingga obat-obatan, motor trail yang menjadi sahabat perjalanan siap untuk dipacu. Ditemani lima rekannyadari MRCMX, counterpart BFMC, mereka pun memulai petualangan bertitle Ekspedisi Geopark. Awal perjalanan dimulai dari secretariat Paguuban Alam Pakidulan Sukabumi (PAPSI) sebagai penggerak masyarakat kawasan Geopark Ciletuh yang juga memiliki komunitas trail adventure. Adapun jarak yang ditempuh sejauh 36 km dengan durasi sekitar 3 jam, diwarnai kontur jalan rta, naik maupun turun, juga berbatu. Disepanjang jalan ditemui pula permukiman yang jaraknya jauh satu dengan yang lannya.tak ketinggalan melewati sungai, jembatan kayu, sawah, bukit ilalang, pasir putih, hingga sampailah ke Puncak Darma. Rute hari berikutnya jauh lebih menantang. Dengan waktu tempuh sekitar 15 jam, sepanjang lintasan umumnya merupakan hutan lindung dan tidak terdapat permukiman penduduk hingga akhirnya tiba ditujuan, Pantai Santigi. Ekspedisi Geopark sendiri merupakan salah satu sinergi yang diwujudkan BFMC dengan perusahaannya, PT Bio Farma (Persero), guna dukungan kegiatan social perseroan terhadap pemberdayaan masyarakt. Tujuannya jelaas, membantu masyarakat sekitar mengelola serta mengembangkan kawasannya sendiri, utamanya bermanfaat bagi penduduk sekitarnya. Dengan hasil ini, BFMC pun membuat pemetaan dan berencana membuat jalur terpendek menuju Santigi (+5 km) yang nantinya hanya diperuntukkan bagi pejalan kaki dan pengguna sepeda. “Setelah pemetaan menuju lokasi terdekat, kami juga akan melakukan pemetaan untuk lingkungan,” terang Asep Budiaman, Ketua BFMC, yang akrab disapa Bro Budi. AWALNYA DARI HOBI “Awak terbentuknya BFMC berasal dari keinginan me-refresh diri dari pekerjaan teman-teman di bagian Polio,” teranh sang Leader Bro Budi. Kegiatan touring menuju tempat wisata Kawah Putih di Ciwidey tahun 2005 dengan peserta sebanyak 16 orang menggunakan 15 motor, yakni Bekjul, Vespa, Yamaha, Suzuki dan lain-lain menjadi asal muasal pemikiran terbentuknya BFMC. “Touring pertama tersebut dilakukan secara spontan dan mendadak, tidak ada persiapa yang matang dan pembiayaan secara urunan,” kisah Bro Budi. Enam belas personel yang merupakan pendiri sejak 29 September 2005 lalu inilah, kini telah berkembag menjadi 501 anggota. Dari mulanya sekadar hobi, komunitas ini pun turut mengemban misi menyinergikan kebutuhan perusahaan. Tak hanya itu, BFMC juga telah tercatat keanggotaannya dalam wadah Ikatan Motor Indonesia Jawa Barat yang turut mengemban amanah membantu program-program kepolisian. BFMC sendiri pun tidak menuntut syarat macam-macam bagi yang ingin bergabung. “Motor apa pun boleh, asal layak pakai,” terang Bro Budi. Tujuan komunita pemakai motor yang ingin turut menyukseskan program perusahaan ini mendapat dukungan sepenuhnya dari perseroan. “Pak Dirut (Bio Farma) yang juga sebagai Pembina BFMC menginginkan organisasi ini lebih bersinergi lagi dengan perusahaan, “ jells Bro Budi. Selain melakukan Ekspedisi Geopark, BFMC kerap bersinergi dengan perseroan guna melakukan kegiatan social lainnya, semisal pemberian bantuan bagi korban benacana alam dan pemberdayaan lingkungan masyarakat lainnya. HARTA TERSEMBUNYI DI CILETUH Dibalik Ekspedisi, Asep Budiman, Ketua BFMC, juga menyimpan misi tersendiri yang diamanahkan Iskandar, Direktur Utama PT Bio Farma (Perssero), untuk mencari tanaman santigi. “Alhamdulillah pencarian dua hari tersebut menghasilkan penemuan santigi di sekitar pantai setelah melewati hutan lindung, “kisahnya. Santigi (Phempis Accidula) sendiri sebenarnya sudah taka sing lagi bagi para penggemar bonsai, layaknya miniature pohon yang besar dan tua di alam bebas. Dulunya tanaman ini banyak ditemui di sepanjang pantai selatan Jawa. Namun, sekarang sudah habis. Meski, kabarnya santigi masih dapat dijumpai di pantai Sumatra, Sulawesi, Papua, dan NTT. Terctat, harga bonsai santigi terbilang fantastis hingga mencapai Rp 100 Juta. Sedangkan bonsai santigi yang masih belum jadi (bahan mentah) harganya berkisar Rp 25-30 Juta. Sekitar 30-an tanaman santigi menjadi temuan tim BFMC di pesisir pantai wilayah Ciletuh, Kecamatan Ciemas, Sukabumi. Inilah sebuah kawasan yang dikenal sebagai salah satu dari tiga tempat di Pulau Jawa yang menyingkapkan kelompok batuan berumur paling tua di Pulau JAwa. Pesona batuan ini pun menghasilkan pemandangan yang sangat eksotis hingga menjadikan kawasan Ciletuh begitu unik. Umunya lokasi wisata di Geopack Ciletuh masih dalam pengembangan oleh Pguyuban Alam Pakidula Sukabumi (PAPSI) sebagai penggerak masyarakat kawasan Geopark Ciletuh. Selain 5 air terjun, panorama pantai dan bebatuan geologi menjadi sesuatu yang saying untuk dilewatkan mata. Sementara itu upaya BFMC sendiri guna menjadikan kawasan Ciletuh menjadi geopark dan diakui oleh badan duni UNESCO emang mmbutuhkan jalan panjang. Namun, sejatinya langkah nyata untuk memulai telah dikumadnagkan dengan melibatkan sepenuhnya masyarakat sekitar mengelola daerahnya sendiri. Bukan untuk kepentingan pribadi, organisasi maupun perusahaan, melainkan agar pesona Ciletuh turut dinikamti dunia. Sumber : Majalah BUMN Insight, Mei 2015
-------------oo0oo-------------
Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi: N Nurlaela Head of Corporate Communications Department. PT Bio Farma (Persero) Jl. Pasteur No. 28 Bandung – 40161 Indonesia Phone : +62 22 2033755 ext. 37431 Fax : +62 22 2041306 Email : mail@biofarma.co.id Web : www.biofarma.co.id Twitter | Instagram | Youtube : @biofarmaID