Bio Farma Motori Kelahiran Produk Life Science Nasional
[:id]Bisnis.com, BANDUNG—Indonesia segera memproduksi produk life science secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri yang cukup besar dengan harga terjangkau.
Saat ini, hampir semua produk life science yang beredar di Indonesia merupakan produk impor berharga mahal.
Untuk percepatan produksi tersebut, sejumlah elemen bangsa ini menghimpun sinergi yaitu pemerintah, industri, akademisi, dan komunitas guna menciptakan kemandirian nasional bidang life science melalui Forum Riset Life Science Nasional (FRLN 2016).
Maharani, Ketua FRLN 2016, mengatakan forum riset ini bertujuan mengembangkan produk life science yang terwujud dalam biofarmasetikal, farmasi, dan alat kesehatan guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.
“Kalau bicara produk nasional tentunya tidak ada lagi keterlibatan negara lain atau murni karya Indonesia. Dan yang diharapkan tentunya adalah harga yang lebih murah atau terjangkau bagi masyarakat,” katanya, Selasa (23/8).
Maharani yang juga peneliti senior Bio Farma ini mengemukakan produk life science merupakan produk biologi (living organism). Forum, katanya, sudah memiliki kandidat produk life science antara lain Erythropoietin atau EPO yang dipakai untuk terapi anemia kepada penderita penyakit ginjal kronis.
Selain itu juga sedang dirintis blood product seperti albumin untuk nempercepat pemulihan dan menjaga kondisi volume sirkulasi darah pasien saat kondisi trauma, pembedahan, pendarahan, perawatan luka bakar dan pertukaran plasma. Serta globulin untuk kekebalan tubuh pasif dengan meningkatkan titer antibodi pada setiap individu.
Pada forum riset yang kembali dimotori Bio Farma ini juga akan dilakukan penyerahan antigen klon tuberculosis (TB) dari konsorsium TB kepada Kementerian Kesehatan yang selanjutnya diserahkan kepada Bio Farma untuk pengembangan industri.
“Berbeda dengan vaksin BCG untuk mencegah, yang ini untuk pengobatan,” ujarnya.
Konsorsium TB terdiri dari Bio Farma, LIPI, Universitas Indonesia, Unpad, dan Universitas Gadjah Mada.
Selain itu, Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga, Universitas Hasanuddin, Universitas Brawijaya, Universitas Mataram, Universitas Jember, Unika Atma Jaya, dan RS Rotinsulu. Sedangkan Pusat Biomedik dan Teknologi Dasar Kesehatan Litbangkes RI menjadi koordinator konsorium.
Maharani menambahkan Bio Farma juga mendukung riset life science oleh stakeholder dari Indonesia bagian timur.
Menurutnya, akan dilakukan penandatanganan MoU antara Dirut Bio Farma Iskandar dan Rektor Universitas Nusa Cendana Kupang Fredrik L. Benu. “Kerja sama ini untuk riset produksi antiserum,” ujarnya.
Selain itu, juga akan dilakukan MoU antara Bio Farma dan Ditjen Hak Kekayaan Intelektual untuk pengelolaan kekayaan intelektual.
Forum riset akan dibuka oleh Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek, Menristek & Dikti M. Nasir, dan Dirut Bio Farma Iskandar.(Yanto Rachmat Iskandar/k10)
Sumber : www.bisnis.com
http://bandung.bisnis.com/read/20160824/34231/559876/bio-farma-motori-kelahiran-produk-life-science-nasional-[:en]Bisnis.com, BANDUNG—Indonesia segera memproduksi produk life science secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri yang cukup besar dengan harga terjangkau.
Saat ini, hampir semua produk life science yang beredar di Indonesia merupakan produk impor berharga mahal.
Untuk percepatan produksi tersebut, sejumlah elemen bangsa ini menghimpun sinergi yaitu pemerintah, industri, akademisi, dan komunitas guna menciptakan kemandirian nasional bidang life science melalui Forum Riset Life Science Nasional (FRLN 2016).
Maharani, Ketua FRLN 2016, mengatakan forum riset ini bertujuan mengembangkan produk life science yang terwujud dalam biofarmasetikal, farmasi, dan alat kesehatan guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.
“Kalau bicara produk nasional tentunya tidak ada lagi keterlibatan negara lain atau murni karya Indonesia. Dan yang diharapkan tentunya adalah harga yang lebih murah atau terjangkau bagi masyarakat,” katanya, Selasa (23/8).
Maharani yang juga peneliti senior Bio Farma ini mengemukakan produk life science merupakan produk biologi (living organism). Forum, katanya, sudah memiliki kandidat produk life science antara lain Erythropoietin atau EPO yang dipakai untuk terapi anemia kepada penderita penyakit ginjal kronis.
Selain itu juga sedang dirintis blood product seperti albumin untuk nempercepat pemulihan dan menjaga kondisi volume sirkulasi darah pasien saat kondisi trauma, pembedahan, pendarahan, perawatan luka bakar dan pertukaran plasma. Serta globulin untuk kekebalan tubuh pasif dengan meningkatkan titer antibodi pada setiap individu.
Pada forum riset yang kembali dimotori Bio Farma ini juga akan dilakukan penyerahan antigen klon tuberculosis (TB) dari konsorsium TB kepada Kementerian Kesehatan yang selanjutnya diserahkan kepada Bio Farma untuk pengembangan industri.
“Berbeda dengan vaksin BCG untuk mencegah, yang ini untuk pengobatan,” ujarnya.
Konsorsium TB terdiri dari Bio Farma, LIPI, Universitas Indonesia, Unpad, dan Universitas Gadjah Mada.
Selain itu, Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga, Universitas Hasanuddin, Universitas Brawijaya, Universitas Mataram, Universitas Jember, Unika Atma Jaya, dan RS Rotinsulu. Sedangkan Pusat Biomedik dan Teknologi Dasar Kesehatan Litbangkes RI menjadi koordinator konsorium.
Maharani menambahkan Bio Farma juga mendukung riset life science oleh stakeholder dari Indonesia bagian timur.
Menurutnya, akan dilakukan penandatanganan MoU antara Dirut Bio Farma Iskandar dan Rektor Universitas Nusa Cendana Kupang Fredrik L. Benu. “Kerja sama ini untuk riset produksi antiserum,” ujarnya.
Selain itu, juga akan dilakukan MoU antara Bio Farma dan Ditjen Hak Kekayaan Intelektual untuk pengelolaan kekayaan intelektual.
Forum riset akan dibuka oleh Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek, Menristek & Dikti M. Nasir, dan Dirut Bio Farma Iskandar.(Yanto Rachmat Iskandar/k10)
Sumber : www.bisnis.com
[:]