Industri: potensi pengembangan vaksin Indonesia besar
[:id]Bandung (ANTARA News) - Potensi pengembangan vaksin dinilai masih sangat besar mengingat banyaknya keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Indonesia sebagai bahan baku zat aktif vaksin, kata Sekretaris Perusahaan PT Bio Farma (Persero) Rahman Rustan.
"Bahan baku asalnya dari virus dan bakteri. Ini salah satu biodiversity kita juga yang tinggi, harusnya kita manfaatkan," kata Rahman di Bandung, Minggu.
Bahkan Rahman menyebut ada mikroorganisme asal Indonesia yang dibawa oleh peneliti asing untuk dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan vaksin dan produk pengobatan biologi lainnya.
"Banyak sekali plasma nutfah (pembawa sifat keturunan dari tumbuhan atau mikroorganisme) dari negeri kita yang kemudian diambil oleh negara yang lebih maju, dan kemudian malah dipatenkan hasil penelitiannya," kata Rahman.
Dia menyebutkan saat ini bahan baku pembuat vaksin di Indonesia sudah bisa lebih mandiri dengan memproduksi sendiri dibandingkan porsi bahan baku yang diimpor dari luar negeri.
Beberapa zat bahan baku yang diimpor, lanjut dia, hanya sebagai penunjang atau tambahan dari zat aktif utama.
"Zat aktif sendiri sudah mandiri, dan sekian tambahannya masih impor. Secara kasar 70 persen sudah mandiri," kata Rahman.
Bahan baku vaksin sendiri lebih banyak berasal dari mikroorganisme sebagai zat aktif, yaitu virus atau bakteri yang dilemahkan atau dimatikan.
Bahkan perkembangan teknologi saat ini memungkinkan hanya mengambil subsekuen atau DNA-nya untuk dijadikan bahan baku vaksin.
Sedangkan dari sisi ekonomi, pasar vaksin di Indonesia masih terbuka lebar karena jumlah penduduk Indonesia yang masih belum banyak tercakup upaya vaksinasi.
Sumber : www.antaranews.com
http://www.antaranews.com/berita/618990/industri-potensi-pengembangan-vaksin-indonesia-besar[:en]Bandung (ANTARA News) - Potensi pengembangan vaksin dinilai masih sangat besar mengingat banyaknya keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Indonesia sebagai bahan baku zat aktif vaksin, kata Sekretaris Perusahaan PT Bio Farma (Persero) Rahman Rustan.
"Bahan baku asalnya dari virus dan bakteri. Ini salah satu biodiversity kita juga yang tinggi, harusnya kita manfaatkan," kata Rahman di Bandung, Minggu.
Bahkan Rahman menyebut ada mikroorganisme asal Indonesia yang dibawa oleh peneliti asing untuk dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan vaksin dan produk pengobatan biologi lainnya.
"Banyak sekali plasma nutfah (pembawa sifat keturunan dari tumbuhan atau mikroorganisme) dari negeri kita yang kemudian diambil oleh negara yang lebih maju, dan kemudian malah dipatenkan hasil penelitiannya," kata Rahman.
Dia menyebutkan saat ini bahan baku pembuat vaksin di Indonesia sudah bisa lebih mandiri dengan memproduksi sendiri dibandingkan porsi bahan baku yang diimpor dari luar negeri.
Beberapa zat bahan baku yang diimpor, lanjut dia, hanya sebagai penunjang atau tambahan dari zat aktif utama.
"Zat aktif sendiri sudah mandiri, dan sekian tambahannya masih impor. Secara kasar 70 persen sudah mandiri," kata Rahman.
Bahan baku vaksin sendiri lebih banyak berasal dari mikroorganisme sebagai zat aktif, yaitu virus atau bakteri yang dilemahkan atau dimatikan.
Bahkan perkembangan teknologi saat ini memungkinkan hanya mengambil subsekuen atau DNA-nya untuk dijadikan bahan baku vaksin.
Sedangkan dari sisi ekonomi, pasar vaksin di Indonesia masih terbuka lebar karena jumlah penduduk Indonesia yang masih belum banyak tercakup upaya vaksinasi.
Sumber : www.antaranews.com
http://www.antaranews.com/berita/618990/industri-potensi-pengembangan-vaksin-indonesia-besar
[:]