Kampanye Hitam Vaksin Rugikan Umat Islam
Beberapa ulama memfatwakan vaksinasi atau imunisasi itu haram dengan sejumlah alasan, mulai dari ancaman zat mengandung unsur babi hingga isu politik Yahudi. Alhasil, fatwa ini menimbulkan pro kontra yang membuat sebagian masyarakat bingung dan menolak imunisasi karena takut berdosa. Faktanya, fatwa yang mengharamkan imunisasi tidak memiliki dasar yang kuat dan jelas serta justru menyesatkan dan merugikan umat Islam. Mereka yang memfatwakan imunisasi itu haram justru sedang merusak atau melemahkan generasi Islam di masa yang akan datang, “ tegas Ustadz Aam Amiruddin dalam seminar “Imunisasi Untuk Kualitas Hidup Yang Lebih Baik” yang diselenggarakan Biofarma, Senin (15/12/2014) di Bandung. Aam menjelaskan, fatwa yang mengharamka vaksin kerap dibuat oleh para ulama atau kyai tanpa memahami, mengkaji kebenaran dan fakta-fakta vaksin secara ilmiah. Sudah menjadi rahasia umum kalau program vaksinasi/imunisasi di Tanah Air sering kali diterpa kampanye hitam dari kelompok antivaksin. Kelompok ini menyebarkan isu –isu atau berita –berita bohong dan palsu yang tidak berdasar pada temuan atau data –data ilmiah. Biasanya mereka ini memanfaatkan para ustadz, ulama atau kyai yang belum memahami secara benar tentang vaksin untuk menyatakan haram. Kemudian mereka mensosialisasikan kepada masyarakat, maka masyarakat yang juga masih awam an belum paham vaksin akan dengan mudah percaya tanpa melakukan pengecekan (tabayyun) akan kebenaran berita tersebut kepada ustadz atau kyai yang memfatwakan haram. “Padahal dia sendiri tak menguasai materi itu. Ketika didesak, dalihnya hanya sekedar mengatakan vaksin mengandung babi, produk musuh Islam tanpa bisa membuktikan secara ilmiah. Seharusnya yang kita dengar adalah para ahli/pakar dibindangnya yang kredibilitasnya sudah teruji yang menjelaskan landasan ilmiah tentang vaksin,” papar Aam. Aam sendiri tidak melihat kasus ini sebuah politik dagang atau kepentingan bisnis tertentu, tetapi ini justru adalah ancaman yang dapat melemahkan umat Islam. Fakta menunjukkan negara – negara maju seperti Eropa dan Amerika, termasuk di Israel sendiri, justru 98% penduduknya diimuniisasi. Ironisnya, di Indonesia sebagian besar penduduknya malah takut diimunisasi karena ada fatwa haram. “Saya pribadi khawatir generasi bangsa kita yang mayoritas muslim ini 10 tahun ato 15 tahun kedepan akan menjadi generasi yang lemah. Saya berpendapat bahwa mereka yang memfatwakan imunisasi itu haram justru sedang merusak atau melemahkan generasi Islam di masa yang akan datang. Ini kebalikan dengan negara- negara maju.” Jelasnya. Hukum Imunisasi Aam menegaskan bahwa melakukan vaksinasi tidak haram, dan justru bisa menjadi hal yang wajib dilakukan apabila menyangkut kesehatan. “Secara prinsip untuk kesehatan dengan mengambil prinsip kedaruratan maka hal ini menjadi boleh,” ujarnya. Kalaupun ada kekhawatiran vaksin mengandung unsur babi, hal ni tidak beralasan. Karena fakta ilmiah berdasarkan riset yang ketat para ahli menunjukkan vaksin tidaklah mengandung unsur babi, meskipun pernah bersentuhan saat proses reaksi kimia. “Ketika ada proses pembersihan/penyucian secara ilmiah dengan berulang – ulang dan kemudian dinyatakan bersih dari yang haram (babi), maka statusnya menjadi bersih dari unsur yang haram,” imbuhnya. Program imunisasi , tegas Aam, menajdi hal yang wajib dilakukan sebagai salah satu upaya untuk melahirkan generasi yang sehat, kuat, cerdas, saleh dan lebih baik serta sejahtera. Ia merujuk pada salah satu ayat dalam Al-Qur’an yang menyebutkan, “Hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka dan khawatir terhadap kesejahteraannya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan berbicara dengan tutur kata yang benar.” (Q.S. An-Nisa [4]:9). Kemudian, fakta bahwa negara – negara Islam (mayoritasnya penduduk muslim) seperti di Timur Tengah tidak mengharamkan imunisasi tetapi justru mewajibkan imunisasi bagi penduduknya, bahkan bagi jamaah haji dan umroh. “ Padahal siapa yang meragukan mereka, kita semua tahu bagaimana tegasnya mereka akan sesuatu yang haram. Namun karena di situ (imunisasi) ada kemaslahatan yang lebih besar, maka kewajiban penduduknya untuk divaksin,; imbuhnya. Menangggapi isu bahwa vaksin buatan musuh Islam (Yahudi cs.), Aam menilai hal itu sangat berlebihan dan tidak berdasar, “Buktinya Biofarma yang pabriknya ada di Bandung dan karyawannya orang kita juga yang membuat vaksin. Pabriknya ada di kita penelitinya orang Islam, karyawannya 90% muslim. Bagaimana disebut produk musuh Islam?” ujarnya. Kampanye Hitam Kampanye hitam menentang imunisasi akan terus berlangsung sampai kapan pun dan menyebar di masyarakat. Hal ini diakui dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Piprim Basarah Yanuarso. Menurutnya, kampanye negatif ini dilancarkan oleh mereka yang menentang kehadiran vaksin dengan berbagai kepentingan. “Dalam dunia antivaksin, sudah lumrah berkembang kedustaan – kedustaan yang istilahnya disebut pseudo – science atau ilmu palsu. Kedustaan ini memang diciptakan untuk menentang bukti-bukti ilmiah vaksin. Bentuknya bisa berupa pendapat dari tokoh fiktif, atau kalaupun tokohnya benar-benar ada tapi pendapatnya dipelintir, “ terang dokter pendiri Rumah Vaksinasi itu. Mereka yang menentang atau berkampanye negatif terhadap vaksin, lanjut Piprim, adalah para pakar homeopati atau pengobatan alternatif. Motifnya sudah jelas agar masyarakat meninggalkan pengobatan berbasis ilmiah kedokteran dan beralih kepada penyembuhan alternatif. Piprim mengimbau masyarakat tidak goyah dan meluntur kepercayaannya terhadap pengobatan ilmiah hanya karena memercayai mitos-mitos atau hoax yang berasal dari pseudo-science. Ia menyarankan untuk mencari informasi secara lengkap dan seimbang dari sumber – sumber terpercaya yang dapat dipertanggungjawabkan. Aam menambahkan, para ulama, ustadz atau kyai mempunyai posisi yang strategis untuk mensosialisasikan vaksin/imunisasi ini secara benar. Dengan mendapat penjelasan yang benar dari para tokoh agama, masyarakat akan menjadi sejuk dan mengerti serta bisa dipercaya. “Namun tentu saja sebelumnya para ulama/ustadz tersebut mendapat penjelasan terlebih dahulu dari pada pakar/ilmuwan yang juga seorang muslim sehingga tercipta hubungan saling percaya,” terangnya. Tak Perlu Berdebat Pro kontra tentang vaksin ini, lanjut Aam akan tetap ada sampai kapan pun. Mereka yang pro vaksin diimbau untuk menjelaskan sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimilikinya pada yang kontra vaksin. “Kepada yang kontra vaksin ya harus bisa membuktikan secara ilmiah. Namun demikian, kedua kubu tidak perlu berdebat secara berlebihan hingga mengganggu hubungan persaudaraan (ukhuwah) sesama muslim. Jika tidak tahu ya tanyakan pada ahlinya. Sekali lagi saya tidak mewakili kepentingan bisnis siapa-siapa. Saya hanya melihat kepentingan yang lebih besar untuk kemaslahatan umat,” tandasnya. Iman & Asep Sumber : Percikan Iman
According to several Islamic theologian, vaccination or inoculation is illicit by decree based on a number of reasons, particularly pork related substance matter to Jewish political matter. In turn, such decree had raised pros and cons that consequently confuse people that they thought might be a sinner once taken up the vaccine. The fact is that this decree is groundless and unclear that potentially misleading and also harms Moslems. To people that force the decree of illicit towards inoculations is harming or disfunctioning future Moslem generations said Islamic theologian Aam Amiruddin on a seminar entitled “Inoculations for better quality life” hosted by Bio Farma, Monday 15th of December, 2014 in Bandung. Furthermore Aam explains that such decree of illicit towards inoculations were made by certain Islamic theologian without deep understanding, research of truths and facts scientifically. It has become an open secret that vaccination/inoculation program in Indonesia faces black campaign against anti-vaccine group. This group spreads false issues or news that were not based on scientific data nor facts. The customarily provokes Islamic theologians or leaders that are not yet understand the truths about vaccinations and made a decree of illicit against it. Then they go mass publication so that most unaware and uninformed people will easily believe such issue without initial check up upon its truthfulness towards the Islamic theologian/leader that issue such decree of illicit. “The fact is that the theologian himself does not even capable on such matter. If further inquiry asked against him, the immediate answer will be blamed towards pork substance and it is such a matter against Islam without scientific proof given. The proper thing to do is to seek out proper information from competent professional that their credibility has been known on scientific grounds of vaccination,” Aam explained. He did not see such case to be a political trading or certain business group matters, rather a potential Moslems weaken matter. The fact had shown that developed countries in Europe and America including the Israel people had inoculation number of 98%. Ironically in Indonesia, most of the people go against inoculations on account of decree of illicit. “Personally I am worried that our future nation generation of Moslem majority in 10 to 15 years ahead become weaker generations. My opinion towards those who made decree of illicit that they are ruining or weaken future Moslem generation. This is counterproductive against the developed countries.” He added. Inoculation law Aam further assert that inoculation is not illicit and may be seen as an obligation towards health care. “in principle, for the sake of health such emergency matter may be in force,” Aam added. In the matter of concerns that vaccine had pork substance, such matter does not even matter since scientific fact according to proper research by the experts had shown that vaccine does not contain pork substance, although it may come into contact through chemical reactions. “When there were scientific cleanse processes repeatedly, therefore it was declared free of pork substance, the status will be free from illicit matter.” Aam said. Inoculation program had become a must as part of gaining healthy, strong, smart and devout generation towards prosperous society. Aam refer to a passage within Al-Quran that reads: “Fear towards Allah to those who abandon weak generations behind and worry towards their prosperity. Therefore, let them piety towards God and speak of the truth” (Q.S. An-Nisa [4]:9). Furthermore, the fact that Islamic countries (which Moslems is the majority) such as in the middle east does not made illicit of inoculation but rather enforcing their residences to go inoculations, even to those people wishes to perform the Hajj and pilgrimage. We all know better who had doubted against those countries on illicit matter to be tight. But since inoculation matters lies in the bigger concern, they enforcing their citizen to be vaccine.” Aam asserted. Dealing with such issue that vaccine made by the Islamic enemies (The Jews, etc), Aam views it as exaggerated and groundless. “The fact that Bio Farma had manufacturing plant in Bandung and the people working on vaccine production is Indonesian. They have plant here and the researcher is mostly Moslem, the worker is 90% Moslem. How do you justify the product to be the enemy of Islam?” he said. Black campaign Black campaign against inoculation will always happen anytime in mass scale. Such issue admitted by a Pediatrician of Cipto Mangunkusumo National Hospital Jakarta, Piprim Basarah Yanuarso. Furthermore such negative campaign were initiated by those who oppose vaccine on various account. “In the world of anti vaccine, it is known that lies spread in the name of pseudo science. This lies deliberately constructed to oppose vaccine scientific proof. It may be in the form of fictional character opinion, or if such character do exist, the opinion is somehow reversed., “ explained by the doctor of Vaccine house initiator. Those who oppose or negatively campaigning against vaccine mostly homeopathic or alternative medicine practitioner. Their motive is clearly seen to make people leave scientific medicine and embrace alternative healing. Piprim suggests that people should not give up their believe against scientific medicine on account of myths or hoax constructed based on pseudo science matter. He also suggest people to seek out proper information and balance from known sources and accountable. Aam also added that all Islamic theologians/leaders possess strategic position on socializing proper vaccine/inoculation matters. By spreading proper matters from religion figure to the mass, it will calm down the people and may be received greatly and believable by the people. Of course those theologians/leaders must be properly briefed beforehand by accountable Moslem experts that in turn creates mutual trust relationship. No need for a debate This pros and cons on vaccine, will always be there until the future, Aam added. Those who go for the vaccine is encouraged to explain according to their own proficiency towards those who against the vaccine. To those who oppose vaccine, it needs to be proven scientifically. But there is no need for excessive debate between two strongholds that in turn conflicting the brotherhood of Moslems. If in doubt, please ask the expert. I am in no position of representing any business entity. I only see the bigger concern for the sake of the Moslems. Iman & Asep Source : Percikan Iman