Kasus Terus Naik, Konsorsium Kejar Kemandirian Vaksin Dengue
[:id]Pemberian vaksin demam berdarah (dengue) berpeluang menjadi program nasional seiring dengan percepatan riset yang dilakukan konsorsium sinergi pemerintah, akademisi, komunitas peneliti dan industri.
Di sisi lain, Kementerian Kesehatan juga sedang mengumpulkan data penurunan kasus dengue sejalan dengan program pemberian vaksin impor melalui uji klinik (clinical trial) di beberapa wilayah di Indonesia kepada anak-anak usia 9-16 tahun pada tahun 2017.
Hasil akhir program itu akan menjadi pertimbangan bagi pemerintah untuk menjadikan pemberian vaksin dengue sebagai program nasional.
Proses riset di konsorsium terus berjalan melalui kegiatan rutin tahunan Forum Riset Vaksin Nasional (FRVN) yang berjalan sejak 2011 yang kemudian berubah nama menjadi Forum Riset Life Science Nasional (FRLN), 24-25 Agustus 2016 di Jakarta.
“Forum riset vaksin salah satunya menghasilkan konsorsium riset vaksin dengue, yang digarap perwakilan pemerintah, akademisi, dan industri. Meskipun memerlukan proses yang cukup lama, Bio Farma bersinergi dan melakukan percepatan untuk konsorsium vaksin dengue tersebut,” kata Sugeng Raharso, Direktur Riset dan Pengembangan Produk Bio Farma.
Sugeng mengatakan konsorsium ini akan terus bekerja untuk mengembangkan vaksin dengue produk sendiri demi mengejar kemandirian vaksin dengue nasional.
Peneliti senior Bio Farma Neni Nurainy menambahkan sistem pendanaan riset vaksin dengue pada konsorsium bergantung pada daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) pemerintah yang diharapkan pencairan dananya bisa tepat waktu.
“Sistem administrasi tiap lembaga yang tergabung dalam konsorsium terkadang berbeda, sehingga menyulitkan. Selain itu, karena terbatasnya keahlian bidang ekspresi protein dengue serta lamanya waktu impor bahan baku dan habis pakai riset,” ucapnya.
Pemerintah menjamin beragam riset jangka panjang yang menjadi prioritas akan tetap berlanjut meski akan memakan waktu bertahun-tahun. Meskipun nantinya terjadi perlambatan ekonomi, pemerintah juga menyatakan riset berpeluang besar untuk tetap berjalan.
Neni mengatakan Industri dilibatkan sejak awal riset agar bisa menarik manfaat dan berbagi pembiayaan yang tercermin pada sistem konsorsium seperti konsorsium vaksin dengue yang melibatkan Bio Farma.
Dirjen Sumber Daya ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kemristek dan Dikti Ali Ghufron Mukti mengatakan pihaknya menganggarkan Rp 710 miliar untuk sarana dan prasarana perguruan tinggi, turun dari anggaran 2015 sebesar Rp 1 triliun lebih.
Sementara itu, Balitbangkes juga dilaporkan akan terus mengalokasikan dana riset vaksin dengue karena telah menjadi program riset prioritas bidang penyakit infeksi bersamaan dengan riset penyakit lain antara lain HIV, tuberkulosis, malaria, dan influenza.
Seperti diketahui, statistik deman berdarah di Indonesia memang terus menunjukkan grafik naik.
Data kasus demam berdarah dalam lima tahun terakhir. Mencapai 65.725 kasus (2011), 90.245 kasus (2012), 112.511 (2013), 100.347 kasus (2014), dan 129.650 kasus (2015). Hingga 12 Oktober 2016, kasusnya mencapai 155.927.
***-***
Tentang Bio Farma
Bio Farma merupakan BUMN produsen Vaksin dan Antisera, saat ini berkembang menjadi perusahaan Life Science, didirikan 6 Agustus 1890. Selama 126 tahun pendiriannya Bio Farma telah berkontribusi untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa, baik yang berada di Indonesia maupun mancanegara. Lebih dari 130 negara telah menggunakan produk Bio Farma terutama negara – negara berkembang, dan 47 diantaranya adalah negara yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Dengan kapasitas produksi sekitar 2 miliar dosis pertahun, Bio Farma telah memenuhi kebutuhan vaksin Nasional dan kebutuhan vaksin dunia melalui WHO dan UNICEF. Dengan filosofi Dedicated to Improve Quality of Life, Bio Farma berperan aktif dalam meningkatkan ketersediaan dan kemandirian produksi Vaksin di negara-negara berkembang dan negara-negara Islam untuk menjaga keamanan kesehatan global (Global Health Security). Informasi lebih lanjut www.biofarma.co.id
Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi:
N. Nurlaela Arief
Head of Corporate Communications Dept.
Email : lala@biofarma.co.id
Bio Farma
Jl. Pasteur No. 28 Bandung
Telp : 62 22 2033755
Fax : 62 22 2041306[:en]Pemberian vaksin demam berdarah (dengue) berpeluang menjadi program nasional seiring dengan percepatan riset yang dilakukan konsorsium sinergi pemerintah, akademisi, komunitas peneliti dan industri.
Di sisi lain, Kementerian Kesehatan juga sedang mengumpulkan data penurunan kasus dengue sejalan dengan program pemberian vaksin impor melalui uji klinik (clinical trial) di beberapa wilayah di Indonesia kepada anak-anak usia 9-16 tahun pada tahun 2017.
Hasil akhir program itu akan menjadi pertimbangan bagi pemerintah untuk menjadikan pemberian vaksin dengue sebagai program nasional.
Proses riset di konsorsium terus berjalan melalui kegiatan rutin tahunan Forum Riset Vaksin Nasional (FRVN) yang berjalan sejak 2011 yang kemudian berubah nama menjadi Forum Riset Life Science Nasional (FRLN), 24-25 Agustus 2016 di Jakarta.
“Forum riset vaksin salah satunya menghasilkan konsorsium riset vaksin dengue, yang digarap perwakilan pemerintah, akademisi, dan industri. Meskipun memerlukan proses yang cukup lama, Bio Farma bersinergi dan melakukan percepatan untuk konsorsium vaksin dengue tersebut,” kata Sugeng Raharso, Direktur Riset dan Pengembangan Produk Bio Farma.
Sugeng mengatakan konsorsium ini akan terus bekerja untuk mengembangkan vaksin dengue produk sendiri demi mengejar kemandirian vaksin dengue nasional.
Peneliti senior Bio Farma Neni Nurainy menambahkan sistem pendanaan riset vaksin dengue pada konsorsium bergantung pada daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) pemerintah yang diharapkan pencairan dananya bisa tepat waktu.
“Sistem administrasi tiap lembaga yang tergabung dalam konsorsium terkadang berbeda, sehingga menyulitkan. Selain itu, karena terbatasnya keahlian bidang ekspresi protein dengue serta lamanya waktu impor bahan baku dan habis pakai riset,” ucapnya.
Pemerintah menjamin beragam riset jangka panjang yang menjadi prioritas akan tetap berlanjut meski akan memakan waktu bertahun-tahun. Meskipun nantinya terjadi perlambatan ekonomi, pemerintah juga menyatakan riset berpeluang besar untuk tetap berjalan.
Neni mengatakan Industri dilibatkan sejak awal riset agar bisa menarik manfaat dan berbagi pembiayaan yang tercermin pada sistem konsorsium seperti konsorsium vaksin dengue yang melibatkan Bio Farma.
Dirjen Sumber Daya ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kemristek dan Dikti Ali Ghufron Mukti mengatakan pihaknya menganggarkan Rp 710 miliar untuk sarana dan prasarana perguruan tinggi, turun dari anggaran 2015 sebesar Rp 1 triliun lebih.
Sementara itu, Balitbangkes juga dilaporkan akan terus mengalokasikan dana riset vaksin dengue karena telah menjadi program riset prioritas bidang penyakit infeksi bersamaan dengan riset penyakit lain antara lain HIV, tuberkulosis, malaria, dan influenza.
Seperti diketahui, statistik deman berdarah di Indonesia memang terus menunjukkan grafik naik.
Data kasus demam berdarah dalam lima tahun terakhir. Mencapai 65.725 kasus (2011), 90.245 kasus (2012), 112.511 (2013), 100.347 kasus (2014), dan 129.650 kasus (2015). Hingga 12 Oktober 2016, kasusnya mencapai 155.927.
***-***
Tentang Bio Farma
Bio Farma merupakan BUMN produsen Vaksin dan Antisera, saat ini berkembang menjadi perusahaan Life Science, didirikan 6 Agustus 1890. Selama 126 tahun pendiriannya Bio Farma telah berkontribusi untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa, baik yang berada di Indonesia maupun mancanegara. Lebih dari 130 negara telah menggunakan produk Bio Farma terutama negara – negara berkembang, dan 47 diantaranya adalah negara yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Dengan kapasitas produksi sekitar 2 miliar dosis pertahun, Bio Farma telah memenuhi kebutuhan vaksin Nasional dan kebutuhan vaksin dunia melalui WHO dan UNICEF. Dengan filosofi Dedicated to Improve Quality of Life, Bio Farma berperan aktif dalam meningkatkan ketersediaan dan kemandirian produksi Vaksin di negara-negara berkembang dan negara-negara Islam untuk menjaga keamanan kesehatan global (Global Health Security). Informasi lebih lanjut www.biofarma.co.id
Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi:
N. Nurlaela Arief
Head of Corporate Communications Dept.
Email : lala@biofarma.co.id
Bio Farma
Jl. Pasteur No. 28 Bandung
Telp : 62 22 2033755
Fax : 62 22 2041306[:]