Kemenkes Lantik Pokja Nasional Eradikasi Polio
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nila F Moeleok (kanan), melantik Kelompok Kerja Nasional Eradikasi Polio Global 2020 di Ruang Dr. J. Leimena Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pokja yang teridiri dari lintas sektor dan profesi ini, memiliki tugas utama untuk mempertahankan status eradikasi polio.
(Jakarta – 27 Nov 15) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melantik Kelompok Kerja Nasional (Pokja) untuk pemberantasan Polio Global Tahun 2020, pada tanggal 27 November 2015 kemarin, di Kantor Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pokja yang terdiri dari lima bidang kelompok kerja antara lain ; Bidang Perencanaan, Logistik, Pelaksanaan, Komunikasi dan Monitoring dan Evaluasi. Semua personel yang terlibat dalam pokja ini, merupakan gabungan dari lintas porgram di dalam Kementerian Kesehatan, lintas sektor, dari para ahli, organisasi profesi dan masyarakat. Pokja Eradikasi yang dilantik oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nina F Moelek ini, mempunyai tugas utama untuk menyelenggarakan secara menyeluruh kegiatan kampanye polio, peralihan trivalent Oral Polio Vaccine (tOPV) ke bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV) dan pengenalan Inactivated Polio Vaccine (IPV) dan tahapan pemeliharaan menuju dan mempertahankan status eradikasi polio. Selain pembentukan Pokja Eradikasi Polio Global 2020, Menteri Kesehatan juga membentuk Pokja Eliminasi Campak dan Pengendalian Rubella.
PT Bio Farma (Persero) bersama Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Dirjen P2PL), Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Binfar & Alkes) membidangi Bidang Logistik yang diketuai oleh Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, memiliki tugas untuk memantau proses inventarisasi stok tOPV dan usulan permintaan toPV. Menurut Kepala Divisi Penjualan Dalam Negeri Bio Farma, Drajat Alamsyah, sebagai produsen vaksin tOPV dan bOPV, pihaknya selalu siap untuk mendukung program eradikasi polio global, dengan menyediakan vaksin polio sesuai dengan kebutuhan pemerintah, “Bio Farma sudah mempersiapkan setidaknya 1.5 juta vial vaksin tOPV 20 dosis untuk pelaksanaan PIN bulan Februari 2016, 4.2 Juta vial vaksin bOPV 10 dosis yang akan digunakan untuk imunisasi rutin mulai bulan Aprl 2016 dan untuk IPV Bio Farma sedang mempersiapkan sekitar 4 juta dosis yang secara merata akan digunakan mulai bulan juli tahun 2016 di seluruh provinsi di Indonesia”, ujar Drajat Alamsyah
Terkait peralihan dari vaksin tOPV ke bOPV dan pengenalan ke IPV, Kepala Divisi Surveilans dan Uji Klinis Bio Farma, Novilia S Bachtiar menjelaskan ada sedikit perbedaan antara bOPV dan tOPV, secara pemberian masih sama, melalui oral, namun jumlah dari setrotipe virus tersebut yang berbeda. Untuk bOPV mengandung dua serotipe yaitu serotipe 1 dan 3, dan tOPV mengandung tiga serotipe (1,2 dan 3), sedangkan IPV yang pemberiannya melalui suntikan, merupakan vaksin polio yang virusnya telah di-inaktivasi mengandung 3 serotipe. “Kedua Vaksin tersebut (baik bOPV maupun tOPV) memiliki tingkat efektiftas yang sama untuk mencegah serangan virus polio liar, namun karena virus polio liar tipe 2 sudah lama tidak ditemukan, maka kemudian vaksin tOPV diubah menjadi bOPV, hanya mengandung serotipe 1 dan 3. Dalam rangka persiapan menuju eradikasi polio, peredaran virus polio, meskipun berasal dari vaksin akan dikurangi, maka vaksin polio tOPV akan digantikan dengan bOPV ditambah 1 dosis IPV, dan mulai tahun 2020 bOPV akan diberhentikan, dan vaksin IPV digunakan secara penuh,” Ujar Novilia.