Kenapa Bio Farma Sanggup Menggarap Vaksin Tifoid?
PT. Bio Farma merupakan satu-satunya produsen vaksin di Indonesia yang memiliki reputasi global dimana produknya sudah diekspor ke lebih dari 131 negara. -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Dengan pengalaman kerja yang panjang dengan sokongan Sumber Daya Manusia yang mumpuni serta memiliki kemampuan ekspertis, Bio Farma akan mampu membuat vaksin tifoid yang dibutuhkan Indonesia dan mancanegara. Mahendra Suhardono, Direktur Marketing Bio Farma, mengatakan proses pengembangan vaksin ini sedang masuk tahap uji klinis dan diharapkan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Indonesia pada tahun 2018 serta oleh mancanegara setelah mendapatkan Pra-Kualifikasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Bagi Bio Farm, dari sisi prosesnya, pengembangan vaksin tifoid ini bukanlah hal baru sebab perusahaan pernah menggarap vaksin Hib yang jauh lebih rumit dari proses vaksin tifoid. Menurut Mahendra, Perusahaan sudah sangat menguasai prosesnya. Perusahan tinggal fokus pada subtansinya saja. “Vaksin Tifoid ini sangat ditunggu oleh negara berkembang termasuk Indonesia,” katanya. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, harga Vaksin Bio Farma selalu affordable(terjangkau) sehingga berpeluang diserap oleh pasar negara-negara berkembang, termasuk Vaksin Tifoid. “Pengalaman menunjukkan ketika Bio Farma memproduksi vaksin, harga vaksin akan turun baik di tingkat nasional maupun global karena misi perusahaan yang menginginkan vaksin itu agar bisa lebih dinikmati oleh masyarakat.” Sebagi Presiden dari DCVMN atau Developing Countries Vaccine Manufactures Network, Mahendra juga mengungkapkan pentingnya produk vaksin tifoid yang sedang dikembangkan oleh Bio Farma ini. Pihaknya merespon positif upaya Sabine Vaccine Institute yang menunjukkan keberpihakan kepada negara-negara berkembang seperti Indonesia, India, dan Vietnam untuk mengatasi persoalan penyakit infeksi melalui program transfer teknologi vaksin. “Kami berterima kasih kepada Sabin Vaccine Institute untuk pengembangan vaksin di negara-negara berkembang.”katanya. Sementara itu, awal cerita proses pengembangan vaksin tifoid oleh Bio Farma ini bermula dengan transfer teknologi pada 2013. Erman Tritama, peneliti Bio Farma mengatakan proses pengembangan di Bio Farma sendiri mulai berjalan pada 2014. Ditunjang oleh pengalaman dan kemampuan sumber daya manusia di Bio Farma maka proses pengembangan vaksin ini mampu berjalan cepat. “Dalam setahun, prosesnya sudah tahap pra-klinis,” katanya. Vaksin Tifoid yang yang dikembangkan oleh Bio Farma ini berbeda dengan vaksin yang beredar sekarang ini biasa disebut vaksin tifoid dengan polisakarida. Secara teoritis, menurut Erman, polisakarida ini tidak bisa menyimpan memori dalam tubuh, Dengan arti kata lain,ketika seseorang disuntik vaksin tifoid dengan polisakarida, maka daya tahannya paling lama tiga tahun. Setelah tiga tahun itu, maka harus disuntik lagi tetapi kurang mendongkrak respons daya tahan tubuh yang cukup baik. Berbeda dengan Polisakarida, vaksin konjugat yang sedang dikembangkan saat ini mampu memberikan kekebalan hingga sembilan tahun. Pada suntikan yang kedua, maka seseorang bisa kebal seumur hidup. “Karena vaksin jenis ini mampu menyimpan memori karena ada komponen protein di dalamnya.Jadi cukup dua kali disuntik maka dia bisa kebal terhadap tifus seumur hidup.” Ujarnya. Proses pengembangan vaksin tifoid ini merupakan salah satu dari sebagian program Bio Farma dalam pengembangan vaksin baru Kepala Divisi Surveilans dan Uji Klinis PT Bio Farma (Persero) Novilla S. Bachtiar mengatakan saat ini ada sejumlah proyek vaksin yang sedang digarap Bio Farma baik yang sedang hingga yang siap produksi. Dia menyebut vaksin rotavirus yang sedang dalam tahap pengembangan. IPV juga pada tahap akhir pengembangan.Serta Pneumokokus yang saat ini masuk uji Pra-klinis dan diharapkan pada semester II tahun ini akan mulai uji klinis. Vaksin MR (Meales Rubella) sedang dalam tahap uji pra-klinis, dan new TB Vaccine, serta beberapa produk lain masih tahap basic research. Direktur Produksi Bio Farma Juliman mengatakan supaya produk Bio Farma dapat diserap pasar mancanegara tentunya harus memiliki status Pra-Kualifikasi dari WHO, termasuk vaksin tifoid. Menurut dia, persyaratan WHO ini bersifat dinamis dan cenderung semakin ketat dan perusahaan dituntut untuk bisa mengikuti perubahan tersebut. “WHO secara rutin melakukan audit ke fasilitas produksi kami untuk memastikan konsistensi kami dalam memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkannya.” Jika tidak tersertifikasi WHO, menurut Juliman ibarat pengemudi yang surat izinnya dicabut. (SPA) Sumber : Bisnis Indonesia Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi: N Nurlaela Head of Corporate Communications Department. PT Bio Farma (Persero) Jl. Pasteur No. 28 Bandung – 40161 Indonesia Phone : +62 22 2033755 ext. 37431 Fax : +62 22 2041306 Email : mail@biofarma.co.id Web : www.biofarma.co.id Twitter | Instagram | Youtube : @biofarmaID