Laba Bio Farma Tumbuh 15 Persen
JAKARTA — Laba perusahaan farmasi pelat merah, PT Bio Farma (Persero), tumbuh 15 persen pada 2015 dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan laba ditopang oleh kinerja penjualan yang tumbuh 14,77 persen pada 2015. "Tren ekspor juga mengalami kenaikan," kata Sekretaris Perusahaan Bio Farma, Rahman Rustan, kemarin. Pada 2014, laba Bio Farma mencapai Rp 582,19 miliar, dan naik menjadi Rp 670 miliar pada 2015. Pada periode yang sama, penjualan Bio Farma naik dari Rp 2,04 triliun pada 2014 menjadi Rp 2,34 triliun pada 2015. Menurut Rahman, sejak 1997 Bio Farma mengekspor produknya ke 130 negara. Namun tren ekspor yang positif dibebani impor bahan baku yang melonjak setiap tahun. Tingginya impor, kata Rahman, karena belum ada industri hulu untuk bahan baku farmasi di Indonesia. Keluhan mengenai impor bahan baku juga disampaikan Sekretaris Perusahaan PT Indofarma (Persero) Tbk, Yaser Arafat. Yaser mengatakan hampir semua bahan baku industry farmasi berasal dari luar negeri. Peran industri hulu seperti pabrik kimia dasar dan garam farmasi masih minim.
Meski hampir 100 persen bahan baku didatangkan dari luar negeri, Rahman mengatakan kinerja positif perusahaan akan terus terjaga. Apalagi, Kementerian Badan Usaha Milik Negara akan menunjuk Bio Farma sebagai induk penyatuan usaha atau holding farmasi. Mereka akan membawahkan dua perusahaan farmasi pelat merah lainnya, yaitu Indofarma dan PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Yaser yakin holding BUMN farmasi akan meningkatkan efisiensi perusahaan. Sebab investasi untuk peningkatan kapasitas dapat disinergikan. “Selebihnya bisa digunakan untuk belanja modal,” ujarnya. Manfaat lain adalah daya daya saing industry farmasi nasional akan meningkat. Saat ini kata Yaser, pangsa pasar farmasi Indonesia mencapai 27 persen di Asia Tenggara. Dari jumlah tersebut, 70 persen dikuasai industry domestic. “ ini membuat Indonesia menjadi satu – satunya negara di Asia Tenggara yang sektor farmasinya dikuasai pemain lokal.” Ujarnya.
Sumber : Koran Tempo