Menjaga Bumi Asia Afrika dari Petaka Virus
Oleh: Yanto Rachmat Iskandar yanto.rachmat@bisnis.co.id Masih segar di ingatan kita, betapa agresifnya virus ebola menyerang kawasan Afrika bagian barat beberapa waktu lalu. Ribuan orang dilaporkan meninggal akibat wabah tersebut. Di dalam negeri, kita juga sempat dihebohkan dengan wabah virus MERS-CoV di Timur Tengah dimana banyak warga Indonesia yang bekerja di kawasan itu. Tak hanya ebola dan MERS-CoV, virus lain seperti influenza juga masih menghantui dunia. Demikian juga dengan polio yang telah hilang di sebagian besar negara, ternyata masih menampakkan dirinya di sejumlah negara, terutama yang dilanda konflik. Konferensi Asia Afrika yang digelar di Jakarta dan Bandung pada 2015 ini, mengingatkan kita pada dinamika kehidupan di dua benua ini. Apalagi, menginjak peringatan yang ke-60, tentu banyak hal yang harus diperhatikan, sejauh mana pertemuan yang diinisiasi Soekarno itu mampu mendatangkan kemashlahatan bagi warga Asia Afrika di berbagai sektor, termasuk sektor kesehatan. Di sektor kesehatan, sampai sekarang, dua benua ini masih cukup santer dengan kabar wabah penyakit menular berbahaya yang mengkhawatirkan. Seperti dituturkan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama, negara-negara di Asia Afrika masih dihadapkan dengan beban ganda di sektor kesehatan. Artinya, masyarakat di dua benua ini harus berjuang menghadapi penyakit menular yang masih cukup tinggi disamping penyakit tidak menular. Menurut Tjandra, penyakit menular tidak bisa ditebak penyebarannya. “Wabah dari negara manapun di dunia akan mungkin saja masuk ke negara lain manapun di belahan dunia lain,” ujarnya. Apalagi, mobilitas manusia pada masa sekarang terbilang sangat tinggi. Tjandra menyebut penyakit yang dikhawatirkan akan muncul kembali di Asia Afrika adalah polio. Di Asia, Pakistan menjadi salah satu negara dengan memiliki kasus polio tinggi dengan angka 306 kasus tahun lalu. “Sementara, negara-negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia saat ini dinyatakan bebas polio,” ujarnya. Selain polio, campak masih menjadi momok menakutkan di Asia Afrika. Bahkan, beberapa waktu lalu beredar kabar hadirnya campak genotif baru yang belum pernah ditemukan di Indonesia. Sebenarnya, menurut dia, tidak hanya di Asia Afrika, baru-baru ini campak menjadi satu kejadian luar biasa (KLB) di beberapa negara Eropa. Ada lagi penyakit MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus) yang disebut menjadi penyakit berbahaya baru yang mengancam dunia. Hingga 5 April 2015, jumlah kasus MERS CoV tercatat 1.102 kasus, 416 kematian (CFR 37,75%). Negara yang terjangkit MERS-CoV meliputi Jordania, Kuwait, Oman, Qatar, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Mesir, Prancis, Jerman, Belanda, Italia, Inggris, Yunani, Austria, Turki, Amerika Serikat, Tunisia, Philipina, Malaysia, Libanon, Iran, Yaman, Aljazair, dan Tunisia. Di samping itu, flu burung masih menjadi momok menakutkan. Dalam catatan dunia, yang terdata sebagai flu burung semakin bertambah meliputi H5N1, H5N2, H5N6, H5N8, H6N6, H7N9, H9N2, dan H10N8. Namun, tetap yang paling banyak menyerang manusia dan paling parah adalah H5N1. Di dunia, sejak awal kasus di tahun 2003 sampai 20 Maret 2015, terdapat 785 kasus dari 16 negara, 430 meninggal, dan angka kematian 55%. Virus H7N9 menjadi momok baru yang menakutkan dan mulai banyak melanda Negara Asia Afrika. Pada 9 Maret 2015, Pemerintah Tiongkok melaporkan tambahan kasus 59 orang sejak pertengahan Januari 2015, dimana 17 di antaranya meninggal, angka kematian 28,81%. Selain itu, menurut Tjandra, Tiongkok juga mendapat kasus baru, yakni virus H5N6 dengan tiga kasus yang diduga reassortment antara H5N1 dan H6N6. Kepala Divisi Surveilans dan Uji Klinis PT Bio Farma (Persero) Novilia S. Bachtiar mengemukakan virus-virus baru maupun lama masih banyak yang bersirkulasi baik di Asia Afrika. Virus yang dinyatakan punah seperti variola, penyebab cacar bopeng. Virus ini terakhir menimbulkan penyakit pada tahun 1977 dan sudah dinyatakan eradikasi oleh WHO pada tahun 1979. “Ini adalah salah satu contoh suksesnya program vaksinasi,” katanya. Virus lain yang masih beredar di Asia dan Afrika, tetapi sudah mulai tidak ada di Amerika dan Eropa adalah virus polio. Pada 1988, penyakit polio masih menyerang di 125 negara sebanyak 350.000 kasus. Dengan intensifnya kegiatan imunisasi, secara bertahap virus ini tidak dapat menyerang manusia lagi, sehingga pada tahun 2010, polio hanya endemis di empat negara saja yaitu India, Pakistan, Afganistan dan Nigeria. Pada tahun 2012, bahkan hanya tinggal tiga negara endemis penyakit polio, yaitu Pakistan, Afganistan dan Nigeria. “Ini juga sebagai contoh nyata peranan vaksin dalam mengontrol penyakit infeksi. Bio Farma saat ini memasok 2/3 kebutuhan dunia,” katanya. Dari deretan virus yang masih menyebar itu, Novi menyebutkan virus yang paling berdampak luas di Asia Afrika yaitu influenza. Sampai sekarang, H5N1 masih sangat ditakuti karena berakibat fatal dan menyerang secara sporadis di berbagai negara. Sementara itu, flu babi (H1N1) yang tidak lebih fatal dari H5N1, sangat mudah menyebar, sehingga dalam waktu sebentar menimbulkan masalah di berbagai belahan dunia. Penyebaran H1N1 mulai terkontrol setelah banyaknya penggunaan vaksin Influenza yang mengandung antigen H1N1. Novi menyebutkan yang terakhir mulai marak adalah H7N9 yang merupakan flu burung baru yang menginfeksi manusia yang pertama ditemukan di Tiongkok pada Maret 2013 pada sebuah peternakan ayam. Umumnya yang terinfeksi virus ini akan mengalami infeksi saluran napas yang berat, dan sepertiganya meninggal dunia. Kasus sporadis infeksi H7N9 masih terus berlangsung di Tiongkok. Kasus pertama di luar Tiongkok adalah di Malaysia pada Februari 2014 yang terdeteksi dari wisatawan yang berasal dari daerah wabah. Berdasarkan studi terakhir, dimana H7N9 didapat dari pasar ternak ayam, berdasarkan analisis phylogenetic-nya dimana gen internalnya berasal dari virus H9N2. Aksi Bersama Untuk menangani persoalan wabah penyakit di Asia Afrika, Kepala Balitbangkes Tjandra Yoga Aditama mengutarakan tiga kegiatan utama yakni prevention (pencegahan), detection (pemeriksaan) dan response (tanggapan) atau PDR. Menurutnya, tiga cara utama itulah yang dilakukan pada semua warga dunia karena tidak ada perbedaan daya tahan antarwarga negara di dunia. “Bisa saja di Amerika atau Eropa ada orang yang daya tahannya buruk dan di Asia Afrika ada orang yang daya tahannya bagus. Daya tahan tidak berhubungan langsung dengan kewarganegaraan,” tuturnya. Tentunya, pemerintah di setiap negara sebagai pemegang kebijakan juga harus melakukan program pengendalian penyakit dan pengedalian wabah. Di Indonesia telah berkembang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang mengembalikan "Pelayanan Kesehatan Primer" sebagai satu hal yang sangat penting. Dalam pelaksanaannya, perlu diketahui juga enam prinsip dasar sistem kesehatan antara lain kepemimpinan, pelayanan kesehatan, tenaga kerja kesehatan, sistem informasi kesehatan, obat esensial, dan anggaran. Sementara itu, Direktur Pengendalian Penyakit Menular Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes Sigit Priohutomo mengatakan semua negara harus melakukan upaya kesiapsiagaan menghadapi masuknya penyakit. Pelaksanaan komitmen global yang sungguh-sungguh dalam melaksanakan program vaksinasi (cakupan, akses dan kualitas) yang telah disepakati untuk memberikan perlindungan yang optimal bagi kesehatan anak-anak yang ada di wilayah masing-masing negara. Sehingga tidak menjadi suatu ancaman bagi negara lain akibat timbulnya kejadian luar biasa atau wabah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Dia mengatakan penyediaan vaksin di setiap negara merupakan isu yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan komitmen global tersebut. Sigit mengemukakan sejumlah komitmen bersama yang telah direalisasikan dalam forum kerjasama negara-negara di wilayah Asia Afrika dalam pencegahan dan pengendalian penyakit. Sebut aja, BIMST (Brunei – Indonesia – Malaysia – Singapura – Thailand), Asean, Asean +3 (ASEAN plus Tiongkok, Jepang dan Korea), APSED (Asia Pacific Strategy for Emerging Diseases) dan lain-lain. Organisasi seperti APEC dan OKI juga ada forum khusus untuk para Menteri Kesehatan anggota organisasi. Kerjasama antarnegara dalam rangka vaksinasi terus dilakukan melalui wadah organisasi Internasional seperti WHO dan UNICEF yang bertujuan untuk melakukan sharing informasi terkait pelaksanaan program imunisasi dan pengembangan vaksin. “Kerja sama antarnegara seperti itu merupakan sesuatu yang penting karena pelaksanaan vaksinasi membutuhkan pembiayaan yang cukup besar dan pada kondisi seperti itulah diperlukan dukungan dari berbagai negara khususnya yang memiliki kemampuan finansial untuk saling membantu guna memenuhi kebutuhan tersebut.” Menurutnya, peluang berbagai kerjasama di aspek kesehatan ada dan Indonesia bisa memberikan sharing berbagai lesson learnt seperti eradikasi polio.(k4/k31) Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi: N Nurlaela Head of Corporate Communications Department. PT Bio Farma (Persero) Jl. Pasteur No. 28 Bandung – 40161 Indonesia Phone : +62 22 2033755 ext. 37431 Fax : +62 22 2041306 Email : mail@biofarma.co.id Web : www.biofarma.co.id Twitter | Instagram | Youtube : @biofarmaID
Oleh: Yanto Rachmat Iskandar yanto.rachmat@bisnis.co.id Masih segar di ingatan kita, betapa agresifnya virus ebola menyerang kawasan Afrika bagian barat beberapa waktu lalu. Ribuan orang dilaporkan meninggal akibat wabah tersebut. Di dalam negeri, kita juga sempat dihebohkan dengan wabah virus MERS-CoV di Timur Tengah dimana banyak warga Indonesia yang bekerja di kawasan itu. Tak hanya ebola dan MERS-CoV, virus lain seperti influenza juga masih menghantui dunia. Demikian juga dengan polio yang telah hilang di sebagian besar negara, ternyata masih menampakkan dirinya di sejumlah negara, terutama yang dilanda konflik. Konferensi Asia Afrika yang digelar di Jakarta dan Bandung pada 2015 ini, mengingatkan kita pada dinamika kehidupan di dua benua ini. Apalagi, menginjak peringatan yang ke-60, tentu banyak hal yang harus diperhatikan, sejauh mana pertemuan yang diinisiasi Soekarno itu mampu mendatangkan kemashlahatan bagi warga Asia Afrika di berbagai sektor, termasuk sektor kesehatan. Di sektor kesehatan, sampai sekarang, dua benua ini masih cukup santer dengan kabar wabah penyakit menular berbahaya yang mengkhawatirkan. Seperti dituturkan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama, negara-negara di Asia Afrika masih dihadapkan dengan beban ganda di sektor kesehatan. Artinya, masyarakat di dua benua ini harus berjuang menghadapi penyakit menular yang masih cukup tinggi disamping penyakit tidak menular. Menurut Tjandra, penyakit menular tidak bisa ditebak penyebarannya. “Wabah dari negara manapun di dunia akan mungkin saja masuk ke negara lain manapun di belahan dunia lain,” ujarnya. Apalagi, mobilitas manusia pada masa sekarang terbilang sangat tinggi. Tjandra menyebut penyakit yang dikhawatirkan akan muncul kembali di Asia Afrika adalah polio. Di Asia, Pakistan menjadi salah satu negara dengan memiliki kasus polio tinggi dengan angka 306 kasus tahun lalu. “Sementara, negara-negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia saat ini dinyatakan bebas polio,” ujarnya. Selain polio, campak masih menjadi momok menakutkan di Asia Afrika. Bahkan, beberapa waktu lalu beredar kabar hadirnya campak genotif baru yang belum pernah ditemukan di Indonesia. Sebenarnya, menurut dia, tidak hanya di Asia Afrika, baru-baru ini campak menjadi satu kejadian luar biasa (KLB) di beberapa negara Eropa. Ada lagi penyakit MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus) yang disebut menjadi penyakit berbahaya baru yang mengancam dunia. Hingga 5 April 2015, jumlah kasus MERS CoV tercatat 1.102 kasus, 416 kematian (CFR 37,75%). Negara yang terjangkit MERS-CoV meliputi Jordania, Kuwait, Oman, Qatar, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Mesir, Prancis, Jerman, Belanda, Italia, Inggris, Yunani, Austria, Turki, Amerika Serikat, Tunisia, Philipina, Malaysia, Libanon, Iran, Yaman, Aljazair, dan Tunisia. Di samping itu, flu burung masih menjadi momok menakutkan. Dalam catatan dunia, yang terdata sebagai flu burung semakin bertambah meliputi H5N1, H5N2, H5N6, H5N8, H6N6, H7N9, H9N2, dan H10N8. Namun, tetap yang paling banyak menyerang manusia dan paling parah adalah H5N1. Di dunia, sejak awal kasus di tahun 2003 sampai 20 Maret 2015, terdapat 785 kasus dari 16 negara, 430 meninggal, dan angka kematian 55%. Virus H7N9 menjadi momok baru yang menakutkan dan mulai banyak melanda Negara Asia Afrika. Pada 9 Maret 2015, Pemerintah Tiongkok melaporkan tambahan kasus 59 orang sejak pertengahan Januari 2015, dimana 17 di antaranya meninggal, angka kematian 28,81%. Selain itu, menurut Tjandra, Tiongkok juga mendapat kasus baru, yakni virus H5N6 dengan tiga kasus yang diduga reassortment antara H5N1 dan H6N6. Kepala Divisi Surveilans dan Uji Klinis PT Bio Farma (Persero) Novilia S. Bachtiar mengemukakan virus-virus baru maupun lama masih banyak yang bersirkulasi baik di Asia Afrika. Virus yang dinyatakan punah seperti variola, penyebab cacar bopeng. Virus ini terakhir menimbulkan penyakit pada tahun 1977 dan sudah dinyatakan eradikasi oleh WHO pada tahun 1979. “Ini adalah salah satu contoh suksesnya program vaksinasi,” katanya. Virus lain yang masih beredar di Asia dan Afrika, tetapi sudah mulai tidak ada di Amerika dan Eropa adalah virus polio. Pada 1988, penyakit polio masih menyerang di 125 negara sebanyak 350.000 kasus. Dengan intensifnya kegiatan imunisasi, secara bertahap virus ini tidak dapat menyerang manusia lagi, sehingga pada tahun 2010, polio hanya endemis di empat negara saja yaitu India, Pakistan, Afganistan dan Nigeria. Pada tahun 2012, bahkan hanya tinggal tiga negara endemis penyakit polio, yaitu Pakistan, Afganistan dan Nigeria. “Ini juga sebagai contoh nyata peranan vaksin dalam mengontrol penyakit infeksi. Bio Farma saat ini memasok 2/3 kebutuhan dunia,” katanya. Dari deretan virus yang masih menyebar itu, Novi menyebutkan virus yang paling berdampak luas di Asia Afrika yaitu influenza. Sampai sekarang, H5N1 masih sangat ditakuti karena berakibat fatal dan menyerang secara sporadis di berbagai negara. Sementara itu, flu babi (H1N1) yang tidak lebih fatal dari H5N1, sangat mudah menyebar, sehingga dalam waktu sebentar menimbulkan masalah di berbagai belahan dunia. Penyebaran H1N1 mulai terkontrol setelah banyaknya penggunaan vaksin Influenza yang mengandung antigen H1N1. Novi menyebutkan yang terakhir mulai marak adalah H7N9 yang merupakan flu burung baru yang menginfeksi manusia yang pertama ditemukan di Tiongkok pada Maret 2013 pada sebuah peternakan ayam. Umumnya yang terinfeksi virus ini akan mengalami infeksi saluran napas yang berat, dan sepertiganya meninggal dunia. Kasus sporadis infeksi H7N9 masih terus berlangsung di Tiongkok. Kasus pertama di luar Tiongkok adalah di Malaysia pada Februari 2014 yang terdeteksi dari wisatawan yang berasal dari daerah wabah. Berdasarkan studi terakhir, dimana H7N9 didapat dari pasar ternak ayam, berdasarkan analisis phylogenetic-nya dimana gen internalnya berasal dari virus H9N2. Aksi Bersama Untuk menangani persoalan wabah penyakit di Asia Afrika, Kepala Balitbangkes Tjandra Yoga Aditama mengutarakan tiga kegiatan utama yakni prevention (pencegahan), detection (pemeriksaan) dan response (tanggapan) atau PDR. Menurutnya, tiga cara utama itulah yang dilakukan pada semua warga dunia karena tidak ada perbedaan daya tahan antarwarga negara di dunia. “Bisa saja di Amerika atau Eropa ada orang yang daya tahannya buruk dan di Asia Afrika ada orang yang daya tahannya bagus. Daya tahan tidak berhubungan langsung dengan kewarganegaraan,” tuturnya. Tentunya, pemerintah di setiap negara sebagai pemegang kebijakan juga harus melakukan program pengendalian penyakit dan pengedalian wabah. Di Indonesia telah berkembang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang mengembalikan "Pelayanan Kesehatan Primer" sebagai satu hal yang sangat penting. Dalam pelaksanaannya, perlu diketahui juga enam prinsip dasar sistem kesehatan antara lain kepemimpinan, pelayanan kesehatan, tenaga kerja kesehatan, sistem informasi kesehatan, obat esensial, dan anggaran. Sementara itu, Direktur Pengendalian Penyakit Menular Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes Sigit Priohutomo mengatakan semua negara harus melakukan upaya kesiapsiagaan menghadapi masuknya penyakit. Pelaksanaan komitmen global yang sungguh-sungguh dalam melaksanakan program vaksinasi (cakupan, akses dan kualitas) yang telah disepakati untuk memberikan perlindungan yang optimal bagi kesehatan anak-anak yang ada di wilayah masing-masing negara. Sehingga tidak menjadi suatu ancaman bagi negara lain akibat timbulnya kejadian luar biasa atau wabah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Dia mengatakan penyediaan vaksin di setiap negara merupakan isu yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan komitmen global tersebut. Sigit mengemukakan sejumlah komitmen bersama yang telah direalisasikan dalam forum kerjasama negara-negara di wilayah Asia Afrika dalam pencegahan dan pengendalian penyakit. Sebut aja, BIMST (Brunei – Indonesia – Malaysia – Singapura – Thailand), Asean, Asean +3 (ASEAN plus Tiongkok, Jepang dan Korea), APSED (Asia Pacific Strategy for Emerging Diseases) dan lain-lain. Organisasi seperti APEC dan OKI juga ada forum khusus untuk para Menteri Kesehatan anggota organisasi. Kerjasama antarnegara dalam rangka vaksinasi terus dilakukan melalui wadah organisasi Internasional seperti WHO dan UNICEF yang bertujuan untuk melakukan sharing informasi terkait pelaksanaan program imunisasi dan pengembangan vaksin. “Kerja sama antarnegara seperti itu merupakan sesuatu yang penting karena pelaksanaan vaksinasi membutuhkan pembiayaan yang cukup besar dan pada kondisi seperti itulah diperlukan dukungan dari berbagai negara khususnya yang memiliki kemampuan finansial untuk saling membantu guna memenuhi kebutuhan tersebut.” Menurutnya, peluang berbagai kerjasama di aspek kesehatan ada dan Indonesia bisa memberikan sharing berbagai lesson learnt seperti eradikasi polio.(k4/k31) Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi: N Nurlaela Head of Corporate Communications Department. PT Bio Farma (Persero) Jl. Pasteur No. 28 Bandung – 40161 Indonesia Phone : +62 22 2033755 ext. 37431 Fax : +62 22 2041306 Email : mail@biofarma.co.id Web : www.biofarma.co.id Twitter | Instagram | Youtube : @biofarmaID