Museum dan Kawasan Heritage Bio Farma diresmikan
Kamis, 17 Desember 2015, Kawasan Bangunan Heritage Bio Farma diresmikan oleh Iskandar, Direktur Utama Bio Farma dan Ahmad M. Ramli, Komisaris Bio Farma, dihadiri undangan Komunitas Aleut, Kepala Museum di Bandung dan Jawa Barat, Asosiasi Museum Indonesia (AMIDA) serta undangan terkait. Bangunan kawasan heritage merupakan bangunan tertua yang ada di kawasan Bio Farma, yang dulu bernama Landskoepok Inricting en Instituut Pasteur, hasil karya arsitek Prof. Dr. Ir. CPW Schoemaker, yang dibangun pada tahun 1926. Pada tahun 1997, Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung atau Bandung Heritage, telah menginventarisasi bahwa bangunan ini termasuk sebagai Bangunan Cagar Budaya. Penetapan sebagai salah satu Bangunan Cagar Budaya di Kota Bandung adalah melalui Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 19 Tahun 2009.
Menurut Iskandar, Direktur Utama Bio Farma pada sambutannya bahwa Bio Farma dulu pernah tergabung dalam jaringan Institute Pasteur, kami mengembalikan sejarah yang pernah terhapus untuk diketahui oleh generasi mendatang, kami juga ingin mengajarkan filosofi untuk mencintai dan memelihara gedung yang bernilai cagar budaya, Renovasi pada tahun 2015 ini, dengan berpedoman untuk tidak merubah kondisi asli dari bentuk, tampak dan detail-detail bangunan. Sejalan dengan fungsi baru pada bangunan, area perkantoran dan Museum”.
Andjang Kusumah, Direktur SDM menyampaikan pada sambutannya “Sebagai bangunan utama di kawasan Bio Farma dan bersejarah bagi perkembangan perusahaan, upaya pemeliharaan dan perbaikan yang bersifat parsial, rutin dilaksanakan untuk menjaga kondisi asli bangunan. Mengingat bangunan juga berfungsi untuk perkantoran sehingga telah terintegrasi dengan teknologi baru untuk menunjang operasional”
Luasan bangunan yang direnovasi adalah seluas 2.659 m2 terdiri dari Lantai 1 seluas 2.030m2 dan Lantai 2 seluas 629m2. Waktu pelaksanaan pembangunan fisik renovasi bangunan heritage yang ada di kawasan Bio Farma ini, adalah 9 bulan yang dimulai pada bulan Maret 2015.
Gedung yang sudah hampir berusia 100 tahun ini, memiiki ciri khas atap atau genteng dengan sudut curam masih tetap dipertahankan di bangunan utamanya. Pilar bangunan nampak masih kokoh sementara daun jendela yang terbuat dari kayu jati masih tetap tidak diganti. Demikian pula dengan teralis besi pada jendela yang masih asli. Cat berwarna putih, yang menjadi ciri khas warna bangunan buatan Belanda juga tetap dipertahankan. Hampir seluruh bangunan di gedung utama hanya menggunakan satu warna cat, putih. Beberapa dilakukan pengembalian sesuai dengan fungsinya diawal serta penggantian material agar lebih menambah nilai estetika.
Di kawasan gedung heritage juga terdapat museum yang menceritakan tentang penemuan kesehatan, wabah yang terjadi sebelum vaksin ditemukan, serta peralatan yang digunakan pada awal Bio Farma beroperasi. Museum tersebut juga akan melayani masyakat setiap 2 kali dalam seminggu. Dengan telah selesainya renovasi Bangunan Utama Bio Farma secara menyeluruh ini, selain sebagai tindakan pelestarian dan pemanfaatan agar makna budaya bangunan terpelihara dengan baik, juga diharapkan sebagai sarana yang dapat memberikan informasi bagi masyarakat yang ingin mengetahui perkembangan sejarah produksi vaksin dan sera di Indonesia.
*******
Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi :
N.Nurlaela
Head of Corporate Communications Dept.
PT Bio Farma (Persero)
Telp : 022 203 3755
Fax : 022 204 1306
E-mail : corcom@biofarma.co.id
[:en]
Kamis, 17 Desember 2015, Kawasan Bangunan Heritage Bio Farma diresmikan oleh Iskandar, Direktur Utama Bio Farma dan Ahmad M. Ramli, Komisaris Bio Farma, dihadiri undangan Komunitas Aleut, Kepala Museum di Bandung dan Jawa Barat, Asosiasi Museum Indonesia (AMIDA) serta undangan terkait. Bangunan kawasan heritage merupakan bangunan tertua yang ada di kawasan Bio Farma, yang dulu bernama Landskoepok Inricting en Instituut Pasteur, hasil karya arsitek Prof. Dr. Ir. CPW Schoemaker, yang dibangun pada tahun 1926. Pada tahun 1997, Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung atau Bandung Heritage, telah menginventarisasi bahwa bangunan ini termasuk sebagai Bangunan Cagar Budaya. Penetapan sebagai salah satu Bangunan Cagar Budaya di Kota Bandung adalah melalui Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 19 Tahun 2009.
Menurut Iskandar, Direktur Utama Bio Farma pada sambutannya bahwa Bio Farma dulu pernah tergabung dalam jaringan Institute Pasteur, kami mengembalikan sejarah yang pernah terhapus untuk diketahui oleh generasi mendatang, kami juga ingin mengajarkan filosofi untuk mencintai dan memelihara gedung yang bernilai cagar budaya, Renovasi pada tahun 2015 ini, dengan berpedoman untuk tidak merubah kondisi asli dari bentuk, tampak dan detail-detail bangunan. Sejalan dengan fungsi baru pada bangunan, area perkantoran dan Museum”.
Andjang Kusumah, Direktur SDM menyampaikan pada sambutannya “Sebagai bangunan utama di kawasan Bio Farma dan bersejarah bagi perkembangan perusahaan, upaya pemeliharaan dan perbaikan yang bersifat parsial, rutin dilaksanakan untuk menjaga kondisi asli bangunan. Mengingat bangunan juga berfungsi untuk perkantoran sehingga telah terintegrasi dengan teknologi baru untuk menunjang operasional”
Luasan bangunan yang direnovasi adalah seluas 2.659 m2 terdiri dari Lantai 1 seluas 2.030m2 dan Lantai 2 seluas 629m2. Waktu pelaksanaan pembangunan fisik renovasi bangunan heritage yang ada di kawasan Bio Farma ini, adalah 9 bulan yang dimulai pada bulan Maret 2015.
Gedung yang sudah hampir berusia 100 tahun ini, memiiki ciri khas atap atau genteng dengan sudut curam masih tetap dipertahankan di bangunan utamanya. Pilar bangunan nampak masih kokoh sementara daun jendela yang terbuat dari kayu jati masih tetap tidak diganti. Demikian pula dengan teralis besi pada jendela yang masih asli. Cat berwarna putih, yang menjadi ciri khas warna bangunan buatan Belanda juga tetap dipertahankan. Hampir seluruh bangunan di gedung utama hanya menggunakan satu warna cat, putih. Beberapa dilakukan pengembalian sesuai dengan fungsinya diawal serta penggantian material agar lebih menambah nilai estetika.
Di kawasan gedung heritage juga terdapat museum yang menceritakan tentang penemuan kesehatan, wabah yang terjadi sebelum vaksin ditemukan, serta peralatan yang digunakan pada awal Bio Farma beroperasi. Museum tersebut juga akan melayani masyakat setiap 2 kali dalam seminggu. Dengan telah selesainya renovasi Bangunan Utama Bio Farma secara menyeluruh ini, selain sebagai tindakan pelestarian dan pemanfaatan agar makna budaya bangunan terpelihara dengan baik, juga diharapkan sebagai sarana yang dapat memberikan informasi bagi masyarakat yang ingin mengetahui perkembangan sejarah produksi vaksin dan sera di Indonesia.
*******
Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi :
N.Nurlaela
Head of Corporate Communications Dept.
PT Bio Farma (Persero)
Telp : 022 203 3755
Fax : 022 204 1306
E-mail : corcom@biofarma.co.id[:]