Bio Farma Jadi Kiblat Pembuatan Vaksin Negara-negara Islam
[:id]
[caption id="attachment_32029" align="alignleft" width="396"] Kindom Of Saudi Arabia, Tarek Ibrahim Mahmoud berbincang dengan Corporate Secretary Bio Farma, M Rahman Rustan saat konferensi pers di Gedung Biofarma, Jl. Pasteur, Kota Bandung, Senin (14/11).[/caption]
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Hanya tujuh dari 57 negara-negara Islam di dunia yang sudah memiliki pabrik vaksin sendiri. Dari tujuh negara tersebut, hanya Indonesia dan Senegal yang sudah mengantongi prakualifikasi World Health Organization (WHO) untuk vaksin-vaksin yang diproduksi.
Berdasarkan capaian tersebut, negara-negara dari Kelompok Produsen Vaksin atau Vaccine Manufacturers Group (VMG) Negara Islam ingin belajar lebih jauh kepada Indonesia melalui PT Bio Farma terkait produksi vaksin. Dengan begitu, diharapkan akan semakin banyak negara-negara Islam yang menjadi lebih mandiri dalam penyediaan vaksin.
Ketua VMG sekaligus Direktur Arabio di Saudi Arabia, Tarek Ibrahim Mahmoud, mengatakan, negara-negara Islam anggota VMG, menaruh kepercayaan pada Bio Farma karena sudah memiliki 13 vaksin yang mendapat prakualifikasi WHO. Oleh karena itu, Tarek mengatakan pihaknya sangat mempercayai vaksin Bio Farmai baik dari sisi kualitas, keamanan maupun efikasinya (keampuhannya).
"OIC (Organization of Islamic Cooperation, Red) perlu belajar dari Bio Farma untuk pengembangan vaksin. Kami sangat percaya dengan vaksin Bio Farma yang sudah mendapatkan pengakuan atau prakualifikasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO)," ujar Tarek saat ditemui dalam pertemuan VMG Negara Islam ketiga di Gedung Heritage PT Bio Farma, Bandung, Senin (14/11).
Tarek mengungkapkan, beberapa bentuk sinergi yang dilakukan ialah mempersiapkan investasi, pengembangan produk serta transfer teknologi dari Bio Farma. Rencana investasi, pengembangan produk dan transfer teknologi ini meliputi tiga vaksin yang diperlukan oleh negara Arab Saudi dan juga negara-negara teluk. Yaitu vaksin Campak, Tetanus Toxoid dan Pentavalent yang meliputi DTP, Hepatitis B serta Haemophilus Influenza type B.
Di samping itu, Tarek mengatakan pihaknya juga sedang melakukan proses registrasi untuk memenuhi kebutuhan vaksin-vaksin tersebut di negara-negara Islam, baik di Arab Saudi maupun negara teluk (Gulf Corporations Council). Seperti Bahrain, Irak, Oman, Qatar, Quwait dan Uni Emirat Arab. Tarek juga menambahkan pihaknya sedang melakukan penetrasi pasar ke wilayah Afrika Utara.
"Kami mengucapkan terima kasih dan mendukung program VMG yang bertujuan untuk kemandirian penyediaan vaksin bagi negara Islam. Kami berharap sinergi dengan Bio Farma tidak hanya jangka pendek tetapi hingga 20 tahun ke depan," lanjut Tarek.[:en]REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Hanya tujuh dari 57 negara-negara Islam di dunia yang sudah memiliki pabrik vaksin sendiri. Dari tujuh negara tersebut, hanya Indonesia dan Senegal yang sudah mengantongi prakualifikasi World Health Organization (WHO) untuk vaksin-vaksin yang diproduksi.
Berdasarkan capaian tersebut, negara-negara dari Kelompok Produsen Vaksin atau Vaccine Manufacturers Group (VMG) Negara Islam ingin belajar lebih jauh kepada Indonesia melalui PT Bio Farma terkait produksi vaksin. Dengan begitu, diharapkan akan semakin banyak negara-negara Islam yang menjadi lebih mandiri dalam penyediaan vaksin.
Ketua VMG sekaligus Direktur Arabio di Saudi Arabia, Tarek Ibrahim Mahmoud, mengatakan, negara-negara Islam anggota VMG, menaruh kepercayaan pada Bio Farma karena sudah memiliki 13 vaksin yang mendapat prakualifikasi WHO. Oleh karena itu, Tarek mengatakan pihaknya sangat mempercayai vaksin Bio Farmai baik dari sisi kualitas, keamanan maupun efikasinya (keampuhannya).
"OIC (Organization of Islamic Cooperation, Red) perlu belajar dari Bio Farma untuk pengembangan vaksin. Kami sangat percaya dengan vaksin Bio Farma yang sudah mendapatkan pengakuan atau prakualifikasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO)," ujar Tarek saat ditemui dalam pertemuan VMG Negara Islam ketiga di Gedung Heritage PT Bio Farma, Bandung, Senin (14/11).
Tarek mengungkapkan, beberapa bentuk sinergi yang dilakukan ialah mempersiapkan investasi, pengembangan produk serta transfer teknologi dari Bio Farma. Rencana investasi, pengembangan produk dan transfer teknologi ini meliputi tiga vaksin yang diperlukan oleh negara Arab Saudi dan juga negara-negara teluk. Yaitu vaksin Campak, Tetanus Toxoid dan Pentavalent yang meliputi DTP, Hepatitis B serta Haemophilus Influenza type B.
Di samping itu, Tarek mengatakan pihaknya juga sedang melakukan proses registrasi untuk memenuhi kebutuhan vaksin-vaksin tersebut di negara-negara Islam, baik di Arab Saudi maupun negara teluk (Gulf Corporations Council). Seperti Bahrain, Irak, Oman, Qatar, Quwait dan Uni Emirat Arab. Tarek juga menambahkan pihaknya sedang melakukan penetrasi pasar ke wilayah Afrika Utara.
"Kami mengucapkan terima kasih dan mendukung program VMG yang bertujuan untuk kemandirian penyediaan vaksin bagi negara Islam. Kami berharap sinergi dengan Bio Farma tidak hanya jangka pendek tetapi hingga 20 tahun ke depan," lanjut Tarek.[:]