Vaksin Dengue Buatan Indonesia Diharapkan Selesai pada 2020
[caption id="attachment_32079" align="alignleft" width="397"] Corporate Secretary Bio Farma M Rahman Rustanmemukul gong pada pembukaan Workshop Manajemen Vaksin Negara Islam, di Bio Farma, Kota Bandung, Selasa (15/11).[/caption]
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kasus dengue di Indonesia terus meningkat dengan jumlah kasus hampir mencapai 160 ribu per September lalu. Menghadapi ini, Indonesia berupaya untuk mengembangkan vaksin dengue sendiri yang direncanakan akan selesai dalam waktu dekat.
"Kita sedang kembangkan vaksin dengue. Rencananya 2020 nanti sudah jadi vaksin untuk dengue," ujar Direktur Produksi dan Distribusi Kefarmasian Kementerian Kesehatan RI R Dettie Yuliati dalam pembukaan Workshop Produksi Vaksin Negara Islam di Exhibition Hall Bio Farma pada Selasa (15/11).
Riset vaksin dengue di Indonesia saat ini sedang dilakukan oleh konsorsium yang menyinergikan pemerintah, akademisi, komunitas peneliti dan industri dalam hal ini Bio Farma. Di sisi lain, Kementerian Kesehatan juga sedang mengumpulkan data penurunan kasus dengue sejalan dengan program pemberian vaksin impor melalui uji klinik di beberapa wilayah Indonesia kepada anak-anak berusia 9-16 tahun pada 2017.
Direktur Riset dan Pengembangan Produk Bio Farma Sugeng Raharso mengatakan konsorsium ini akan terus bekerja untuk mengembangkan vaksin dengue produk sendiri atau dalam negeri. Hal ini penting dilakukan untuk mengejar kemandirian vaksin dengue nasional. Oleh karena itu, Sugeng mengatakan upaya percepatan akan dilakukan untuk konsorsium vaksin dengue ini.
"Meskipun memerlukan proses yang cukup lama, Bio Farma bersinergi dan melakukan percepatan untuk konsorsium vaksin dengue tersebut," jelas Sugeng.
Terkait pendanaan, peneliti senior Bio Farma Neni Nurainy mengatakan pendanaan riset vaksin dengue pada konsorsium bergantung pada daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) pemerintah. Dan bantuan juga diberikan oleh Kemenristek dan Dikti sebesar Rp 710 miliar untuk menunjang sarana dan prasarana perguruan tinggi.
Balitbangkes juga dilaporkan akan terus mengalokasikan dana riset vaksin dengue. Hal ini dikarenakan riset vaksin dengue telah menjadi program riset prioritas bidang penyakit infeksi bersamaan dengan riset penyakit lain seperti HIV, tuberkulosis, malaria dan influenza.