Berbagai Pilihan Metode Pemeriksaan Skrining Kanker Serviks
Kanker serviks atau kanker leher rahim sering disebut-sebut sebagai silent killer atau pembunuh diam-diam, karena tidak adanya gejala pada stadium awal kanker serviks. Gejala kanker serviks baru muncul setelah memasuki stadium lanjut. Namun, semakin lanjut stadium kanker serviks saat ditemukan, semakin rendah angka harapan hidupnya. Oleh karena itu, penting untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap kanker serviks.
Salah satu tindakan pencegahan utama yang penting dilakukan adalah pemeriksaan skrining kanker serviks. World Health Organization (WHO) merekomendasikan wanita usia subur (WUS) usia 30 – 50 untuk melakukan skrining kanker serviks secara rutin. Pemeriksaan ini sangat perlu dilakukan untuk mendeteksi infeksi HPV atau mendeteksi perubahan awal pada sel serviks, sehingga pengobatan dapat diberikan sejak dini untuk mencegah perkembangan kanker.
Ada beberapa metode yang sudah tersedia untuk melakukan skrining kanker serviks. Beberapa diantaranya adalah pemeriksaan IVA, Pap smear, dan HPV DNA. Pemeriksaan IVA test dan Pap smear bertujuan untuk menemukan lesi pre kanker sehingga pasien segera mendapatkan pengobatan untuk mencegah perkembangan kanker. Sedangkan HPV DNA bertujuan untuk mengidentifikasi ada/tidaknya infeksi HPV baik sebelum ataupun setelah infeksi ini berkembang menjadi pre kanker atau kanker serviks.
1. Tes IVA (Inveksi Visual Asetat)
Pemeriksaan ini ditujukan untuk seluruh wanita yang sudah berhubungan seksual, terutama Wanita Usia Subur (WUS). Pemeriksaan ini bisa dilakukan kapan saja, namun tidak dianjurkan memeriksaan IVA pada saat kehamilan, lebih baik ditunda hingga 12 minggu setelah melahirkan.
Prosedur tes IVA yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
- Sebelum mulai IVA test, Anda akan diminta untuk berbaring dengan posisi kedua kaki terbuka lebar atau mengangkang.
- Dokter atau bidan memasukkan alat berupa spekulum ke dalam vagina. Alat spekulum bertujuan untuk membuat vagina terbuka lebar, sehingga memudahkan untuk mengamati bagian serviks atau leher rahim.
- Asam asetat atau asam cuka dengan kadar sekitar 3-5% diusapkan pada dinding serviks.
- Hasilnya bisa langsung terlihat beberapa saat setelah pemeriksaan berlangsung. Biasanya, sel-sel dinding serviks yang normal tidak akan mengalami perubahan apa pun (warna) ketika dioleskan asam asetat. Sebaliknya, apabila terdapat masalah pada sel-sel dinding serviks, misalnya merupakan sel prakanker atau sel kanker, otomatis warna serviks akan berubah menjadi putih.
2. Pap smear
Pap smear adalah prosedur untuk mendeteksi kanker leher rahim (serviks) pada wanita. Pap smear juga dapat menemukan sel-sel abnormal (sel prakanker) di leher rahim yang dapat berkembang menjadi kanker.
Pap smear dilakukan dengan mengambil sampel sel di serviks. Setelah itu, sampel sel tadi akan diteliti di laboratorium agar diketahui apakah di dalam sampel tersebut terdapat sel prakanker atau sel kanker. Pap smear juga bisa digunakan untuk mendeteksi infeksi atau peradangan pada serviks.
Pap smear ini dianjurkan dilakukan setiap 3 tahun sekali pada wanita usia 21 tahun ke atas. Bagi wanita usia 30ꟷ65 tahun, pap smear bisa dilakukan tiap 5 tahun sekali, tetapi perlu dikombinasikan dengan pemeriksaan HPV.
Pap smear sebaiknya tidak dilakukan pada saat menstruasi, karena hasilnya bisa jadi kurang akurat. Jika ingin melakukan pap smear, disarankan untuk menunggu setidaknya 5 hari setelah menstruasi selesai. Pap smear juga sebaiknya tidak dilakukan pada usia kehamilan 25 minggu ke atas, karena bisa menimbulkan nyeri hebat saat pemeriksaan. Sebaiknya, tunggu sampai 12 minggu setelah melahirkan jika ingin menjalani pap smear.
Selama 2 hari sebelum prosedur pap smear, dokter akan menyarankan pasien untuk tidak melakukan beberapa hal berikut :
- Berhubungan seks
- Membersihkan bagian dalam vagina (douching) dengan air, cuka, atau cairan lainnya
- Memasukkan apa pun ke dalam vagina, termasuk tampon, krim vagina, atau obat-obatan untuk vagina
Pap smear biasanya dilakukan oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan. Prosesnya hanya berlangsung sekitar 10–20 menit. Berikut ini tahapan yang dilakukan dokter dalam pap smear :
- Pasien akan diminta untuk melepaskan pakaian bagian bawah. Setelah itu, dokter akan meminta pasien berbaring di meja dengan posisi lutut menekuk dan paha terbuka.
- Dokter akan memasukkan spekulum (cocor bebek) ke dalam vagina. Alat ini berfungsi untuk membuka dinding vagina sehingga bagian leher rahim dapat terlihat. Pada proses ini, pasien mungkin akan merasa tidak nyaman.
- Dokter akan mengambil sampel jaringan di leher rahim menggunakan spatula, sikat halus khusus, atau keduanya. Setelah selesai, dokter akan menyimpan sampel tadi di dalam wadah khusus dan memeriksanya di laboratorium.
- Setelah prosedur selesai dilaksanakan, pasien dapat beristirahat selama beberapa menit sebelum diperbolehkan untuk pulang. Pasien mungkin akan merasakan nyeri atau mengalami sedikit perdarahan pascatindakan.
- Jika pasien tidak mengalami gejala perburukan, pasien dapat langsung pulang setelah prosedur pap smear selesai. Dokter akan membuat janji dengan pasien untuk mendiskusikan hasil pap smear pada hari yang lain.
- Jika dari hasil pemeriksaan pap smear tidak ditemukan sel abnormal atau hasil pemeriksaannya negatif, pasien dapat dikatakan tidak menderita kanker serviks. Pasien yang mendapatkan hasil negatif tidak perlu menjalani pemeriksaan lebih lanjut sampai jadwal pap smear berikutnya. Hasil pap smear dikatakan positif jika pasien memiliki sel-sel abnormal, baik kanker maupun lesi prakanker. Pasien yang memperoleh hasil pap smear positif akan disarankan untuk menjalani pemeriksaan lanjutan untuk konfirmasi.
3. HPV DNA
Pemeriksaan HPV DNA adalah prosedur pemeriksaan yang dilakukan pada wanita untuk mendeteksi infeksi HPV (human papilloma virus) tipe risiko tinggi. Pemeriksaan HPV DNA dilakukan dengan memeriksa materi genetik (DNA) HPV pada sel serviks.
Saat ini, World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemeriksaan HPV DNA sebagai skrining dan pendekatan pengobatan kanker serviks untuk populasi umum wanita usia mulai 30 tahun, yang dilakukan setiap 5 sampai 10 tahun. Sedangkan untuk populasi wanita dengan HIV, disarankan untuk wanita mulai usia 25 tahun setiap 3 sampai 5 tahun.
Pemeriksaan HPV DNA dinilai sebagai pemeriksaan baku emas untuk deteksi infeksi HPV. Kelebihannya, HPV DNA dapat mendeteksi risiko terjadinya kanker serviks bahkan sebelum berkembangnya lesi pre kanker pada sel leher rahim. Bila ditemukan hasil positif, maka terdapat sekitar 70% risiko terjadi kanker serviks. Sedangkan, bila ditemukan hasil negatif, tidak diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Pengambilan sampel untuk pemeriksaan HPV DNA ini kurang lebih serupa dengan pemeriksaan Pap smear. Namun, belakangan ini telah dikembangkan produk dalam negeri yang dapat mendeteksi HPV DNA dari luruhan sel serviks yang terdapat pada urin. Sehingga metode pemeriksaannya jauh lebih mudah, nyaman, dan cepat.
Referensi :
- World Health Organization. Cervical Cancer. 2022.
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Cegah Kanker Serviks Sedari Dini. 2022.
- Kasper, Dennis L, et al. Cervical Cancer. In : Harrison's Manual of Medicine. 19th McGraw Hill Inc. 2017.
- Centers for Disease Control and Prevention. What Can I Do to Reduce My Risk of Cervical Cancer? 2022.
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Skrining dan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim. 2021.
- Hello Sehat. Tes IVA, Pemeriksaan untuk Mendeteksi Kanker Serviks. Diakses pada 2023.
- Pap Smear, Ini yang Harus Anda Ketahui. 2022.
- Kitchen FL, Cox CM. Papanicolaou Smear. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470165/
- Pemeriksaan HPV DNA. 2020.
- World Health Organization. Guideline for screening and treatment of cervical pre-cancer lesions for cervical cancer prevention, second edition. 2021. https://www.who.int/publications/i/item/9789240030824
- Tes HPV DNA Lebih Direkomendasikan Untuk Skrining Kanker Serviks. Diakses pada 2023.