Bio Farma Prioritaskan Vaksin untuk Pasar Domestik
[:id]BANDUNG --- PT Bio Farma (Persero) akan meluncurkan beberapa jenis vaksin pada 2019. Vaksin yang dijanjikan dijual dengan harga lebih murah dibandingkan pasaran, diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Salah satu jenis vaksin yang akan diluncurkan adalah vaksin tifoid konjugat. Dari sekian banyak vaksin yang diteliti, vaksin tifoid sudah paling siap untuk diproduksi.
Menurut Project Integration Manager of Product Development Division Bio Farma, Erman Tritama, secara global, kebutuhan vaksin pencegah penyakit tifoid (tifus) tersebut diprediksi mencapai 180 juta dosis pada 2024. Tapi, pada tahap awal, Bio Farma akan memproduksi minimal 20 juta dosis per tahun untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
“Permintaan global tinggi. Namun, prioritas utamanya kami akan memproduksi untuk memenuhi kebutuhan local. Jika ada kelebihan, baru akan diekspor,” ujar Erman kepada wartawan pada Media Gathering Bio Farma Contribution to The World di Glamping Lakeside Rancabali, Kabupaten Bandung, Ahad (19/3).
Menurut Erman, selain vaksin tifoid konjugat, pada 2019 Bio Farma juga berencana meluncurkan beberapa vaksin. Yakni, vaksin rotavirus dan pneumo, masing-masing minimal 20 juta dosis.
Bio Farma juga akan meluncurkan biosimilar untuk kanker payudara. “Secara teknologi, tifoid konjugat lebih baik dari dua vaksin tifoid yang saat ini ada di pasaran,” katanya.
Erman mengatakan, kelebihan vaksin tifoid konjugat bisa diberikan pada anak di bawah usia dua tahun. Sementara vaksin yang ada saat ini tidak bisa diberikan kepada anak bayi.
Selain itu, vaksin tifoid konjugat juga bisa memproteksi lebih lama. Yakni, cukup diberikan dua kali untuk kekebalan seumur hidup. “Tidak perlu diulang setiap dua atau tiga tahun. Kalau vaksin tifoid yang lain kan harus diulang,” katanya.
[Secara global, kebutuhan vaksin pencegah penyakit tifoid (tifus) diprediksi mencapai 180 juta dosis pada 2024.]
Terkait harga, kata dia, Bio Farma rencananya memberikan harga lebih murah dari vaksin yang ada. Harganya akan lebih rendah 30 persen dari harga vaksin tifoid yang beredar saat ini. Sedangkan, untuk biosimilar, kata Erman, Bio Farma akan meluncurkan segera produk tersebut setelah paten dimiliki produsen saat ini habis.
Hak paten perusahaan tersebut habis pada 2019. “Target produksinya sama, 20 juta dosis per tahun. Harganya, 30 persen dari harga yang dibanderol produsen saat ini,” kata Erman.
Saat ini, kata dia, harga biosimilar kanker payudara Rp 25 juta per dosis dan setiap penderita kanker payudara minimal harus melakukan lima kali terapi. Dengan kata lain, pasien memerlukan biaya minimal Rp 125 juta. Bio Farma akan memasang harga Rp 7,5 juta per dosis.
Sekretaris Perusahaan Bio Farma M Rahman Rustan mengatakan, pasar vaksin negara berkembang, termasuk Indonesia, mencatat pertumbuhan tertinggi di dunia.
Pasar farmasi di negara berkembang tumbuh 14-20 persen per tahun. Bahkan, menyentuh angka 30 persen pada tahun lalu. “Secara global, pertumbuhannya sekitar lima sampai enam persen per tahun.
ed: satria kartika yudha
Sumber : Republika[:en]BANDUNG --- PT Bio Farma (Persero) akan meluncurkan beberapa jenis vaksin pada 2019. Vaksin yang dijanjikan dijual dengan harga lebih murah dibandingkan pasaran, diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Salah satu jenis vaksin yang akan diluncurkan adalah vaksin tifoid konjugat. Dari sekian banyak vaksin yang diteliti, vaksin tifoid sudah paling siap untuk diproduksi.
Menurut Project Integration Manager of Product Development Division Bio Farma, Erman Tritama, secara global, kebutuhan vaksin pencegah penyakit tifoid (tifus) tersebut diprediksi mencapai 180 juta dosis pada 2024. Tapi, pada tahap awal, Bio Farma akan memproduksi minimal 20 juta dosis per tahun untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
“Permintaan global tinggi. Namun, prioritas utamanya kami akan memproduksi untuk memenuhi kebutuhan local. Jika ada kelebihan, baru akan diekspor,” ujar Erman kepada wartawan pada Media Gathering Bio Farma Contribution to The World di Glamping Lakeside Rancabali, Kabupaten Bandung, Ahad (19/3).
Menurut Erman, selain vaksin tifoid konjugat, pada 2019 Bio Farma juga berencana meluncurkan beberapa vaksin. Yakni, vaksin rotavirus dan pneumo, masing-masing minimal 20 juta dosis.
Bio Farma juga akan meluncurkan biosimilar untuk kanker payudara. “Secara teknologi, tifoid konjugat lebih baik dari dua vaksin tifoid yang saat ini ada di pasaran,” katanya.
Erman mengatakan, kelebihan vaksin tifoid konjugat bisa diberikan pada anak di bawah usia dua tahun. Sementara vaksin yang ada saat ini tidak bisa diberikan kepada anak bayi.
Selain itu, vaksin tifoid konjugat juga bisa memproteksi lebih lama. Yakni, cukup diberikan dua kali untuk kekebalan seumur hidup. “Tidak perlu diulang setiap dua atau tiga tahun. Kalau vaksin tifoid yang lain kan harus diulang,” katanya.
[Secara global, kebutuhan vaksin pencegah penyakit tifoid (tifus) diprediksi mencapai 180 juta dosis pada 2024.]
Terkait harga, kata dia, Bio Farma rencananya memberikan harga lebih murah dari vaksin yang ada. Harganya akan lebih rendah 30 persen dari harga vaksin tifoid yang beredar saat ini. Sedangkan, untuk biosimilar, kata Erman, Bio Farma akan meluncurkan segera produk tersebut setelah paten dimiliki produsen saat ini habis.
Hak paten perusahaan tersebut habis pada 2019. “Target produksinya sama, 20 juta dosis per tahun. Harganya, 30 persen dari harga yang dibanderol produsen saat ini,” kata Erman.
Saat ini, kata dia, harga biosimilar kanker payudara Rp 25 juta per dosis dan setiap penderita kanker payudara minimal harus melakukan lima kali terapi. Dengan kata lain, pasien memerlukan biaya minimal Rp 125 juta. Bio Farma akan memasang harga Rp 7,5 juta per dosis.
Sekretaris Perusahaan Bio Farma M Rahman Rustan mengatakan, pasar vaksin negara berkembang, termasuk Indonesia, mencatat pertumbuhan tertinggi di dunia.
Pasar farmasi di negara berkembang tumbuh 14-20 persen per tahun. Bahkan, menyentuh angka 30 persen pada tahun lalu. “Secara global, pertumbuhannya sekitar lima sampai enam persen per tahun.
ed: satria kartika yudha
Sumber : Republika[:]