Forum Riset Life Science Bio Farma Hadirkan 350 Peneliti
[:id]REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- PT Bio Farma kembali menggelar Forum Riset Life Science Nasional ke 7 pada 30-31 Agustus 2017 di Jakarta. Forum ini, bertujuan untuk memperbaharui teknologi kesehatan terkini.
Menurut Direktur Riset dan Pengembangan Bio Farma, Sugeng Raharso, pada forum ini akan hadir 350 peneliti nasional yang akan bertukar pengetahuan. Selain itu, akan hadir narasumber dari Australia dan Jepang yang mengupdate teknologi terkini yang sedang ngetren di bidang inovasi teknologi dibidang kesehatan.
Sugeng mengatakan, sebagai tindak lanjut dari Simposium Forum Riset Produk Life Science Nasional (FRLN) 2016, Simposium FRLN 2017 ini mengusung tema Kemandirian Bangsa Dalam Riset Dan Inovasi Bidang Life Science. Simposium ini bertujuan, untuk percepatan kemandirian riset life sciences di dalam negeri.
"Simposium ini kami gelar sebagai realisasi dan tindak lanjut komitmen pemerintah untuk memberikan obat murah dan berkualitas pada masyarakat Indonesia," ujar Sugeng dalam jumpa pers, Selasa (4/7).
Forum ini pun, kata dia, sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 mengenai Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan. Percepatan dilakukan, untuk mewujudkan kemandirian industri farmasi dalam pengembangan produk, bahan baku, vaksin, produk bioteknologi dan alat kesehatan.
Untuk mewujudkan hal ini, kata dia, maka perlu riset dan inovasi yang didukung secara penuh oleh Pemerintah. Karena, pada umunya sebagian besar teknologi di bidang life science di Indonesia didapat melalui kerja sama dengan negara-negara maju melalui transfer teknologi.
"Pengembangan produk life science sangat memerlukan kemandirian di bidang teknologi, sehingga produk-produk yang dihasilkan akan mampu bersaing di pasar Internasional," katanya.
Sugeng berharap, forum ini bisa memperbaharui teknologi kesehatan yang paling baru untuk saat ini. Agar ke depannya, apa yang diteliti oleh peneliti akan terhubung dengan industri.
"Kalo enggak nanti hanya laporan saja, tidak menghasilkan produk. Dengan adanya industri masuk diharapkan bisa nge-link," katanya.
Sedangkan menurut Periset Senior Bio Farma, yang juga Ketua Panitia FRLN 2017, beberapa hasil penelitian sebagai hasil sinergi adalah konsorsium TBC, HIV, Hepatitis B, Stem Cell, EPO dan Dengue.
"Kami bersinergi dengan berbagai pihak. Jalinan kerja sama tersebut, terbukti mampu mengarahkan lembaga penelitian maupun universitas untuk hilirisasi produk life science," katanya.
Sumber : www.republika.co.id
http://article.isentia.asia/viewarticles/default.aspx?acc=/h1KJT5BEjk=&app=KRJC/ilOPME=&file=3VL6pLAQRaAQvB2p9YZMeKHcaR8pybImwP+cr6/1KazEuyboVqdzM/UsNspWzeN1[:en]REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- PT Bio Farma kembali menggelar Forum Riset Life Science Nasional ke 7 pada 30-31 Agustus 2017 di Jakarta. Forum ini, bertujuan untuk memperbaharui teknologi kesehatan terkini.
Menurut Direktur Riset dan Pengembangan Bio Farma, Sugeng Raharso, pada forum ini akan hadir 350 peneliti nasional yang akan bertukar pengetahuan. Selain itu, akan hadir narasumber dari Australia dan Jepang yang mengupdate teknologi terkini yang sedang ngetren di bidang inovasi teknologi dibidang kesehatan.
Sugeng mengatakan, sebagai tindak lanjut dari Simposium Forum Riset Produk Life Science Nasional (FRLN) 2016, Simposium FRLN 2017 ini mengusung tema Kemandirian Bangsa Dalam Riset Dan Inovasi Bidang Life Science. Simposium ini bertujuan, untuk percepatan kemandirian riset life sciences di dalam negeri.
"Simposium ini kami gelar sebagai realisasi dan tindak lanjut komitmen pemerintah untuk memberikan obat murah dan berkualitas pada masyarakat Indonesia," ujar Sugeng dalam jumpa pers, Selasa (4/7).
Forum ini pun, kata dia, sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 mengenai Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan. Percepatan dilakukan, untuk mewujudkan kemandirian industri farmasi dalam pengembangan produk, bahan baku, vaksin, produk bioteknologi dan alat kesehatan.
Untuk mewujudkan hal ini, kata dia, maka perlu riset dan inovasi yang didukung secara penuh oleh Pemerintah. Karena, pada umunya sebagian besar teknologi di bidang life science di Indonesia didapat melalui kerja sama dengan negara-negara maju melalui transfer teknologi.
"Pengembangan produk life science sangat memerlukan kemandirian di bidang teknologi, sehingga produk-produk yang dihasilkan akan mampu bersaing di pasar Internasional," katanya.
Sugeng berharap, forum ini bisa memperbaharui teknologi kesehatan yang paling baru untuk saat ini. Agar ke depannya, apa yang diteliti oleh peneliti akan terhubung dengan industri.
"Kalo enggak nanti hanya laporan saja, tidak menghasilkan produk. Dengan adanya industri masuk diharapkan bisa nge-link," katanya.
Sedangkan menurut Periset Senior Bio Farma, yang juga Ketua Panitia FRLN 2017, beberapa hasil penelitian sebagai hasil sinergi adalah konsorsium TBC, HIV, Hepatitis B, Stem Cell, EPO dan Dengue.
"Kami bersinergi dengan berbagai pihak. Jalinan kerja sama tersebut, terbukti mampu mengarahkan lembaga penelitian maupun universitas untuk hilirisasi produk life science," katanya.
Sumber : www.republika.co.id
[:]