Jangan Anggap Remeh! Kenali Gejala Rabies pada Manusia
Rabies adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus rabies yang menyerang sistem saraf pusat pada manusia dan hewan berdarah panas. Penyakit ini dapat ditularkan melalui saliva (air liur), terutama melalui gigitan atau luka terbuka, dari hewan yang terinfeksi, seperti anjing, kucing, dan kera.
Virus penyebab rabies, yang dikenal sebagai Lyssavirus, termasuk dalam kategori penyakit zoonosis karena dapat menular ke manusia melalui gigitan hewan yang terinfeksi.
Penyebab Rabies
Rabies disebabkan oleh infeksi virus Lyssavirus yang dapat menular melalui air liur, gigitan, atau cakaran hewan yang terinfeksi. Hewan utama yang menularkan virus ini adalah anjing, namun hewan lain seperti kelelawar, kucing, dan kera juga dapat membawa dan menularkan virus rabies ke manusia.
Virus rabies tersebar melalui air liur hewan yang terinfeksi, terutama saat hewan tersebut menggigit atau mencakar hewan atau manusia lain. Selain itu, dalam kasus yang jarang terjadi, virus ini juga bisa menyebar jika air liur hewan terinfeksi masuk ke dalam luka terbuka atau selaput lendir, seperti mulut atau mata, misalnya jika hewan tersebut menjilat luka terbuka di kulit manusia.
Hewan yang berisiko tinggi menularkan rabies umumnya adalah hewan liar atau hewan peliharaan yang tidak divaksinasi rabies. Oleh karena itu, vaksinasi pada hewan peliharaan sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit ini.
Masa Inklubasi dan Gejala
Masa inkubasi rabies, atau waktu antara masuknya virus ke dalam tubuh hingga menimbulkan gejala, biasanya berlangsung selama 2 hingga 3 bulan, tetapi dapat bervariasi dari satu minggu hingga 1 tahun, tergantung pada beberapa faktor, seperti lokasi gigitan atau luka, serta jumlah virus yang masuk ke dalam tubuh.
berikut gejala-gejala yang perlu kamu ketahui dan perlu kamu perhatikan?
- Demam
- Rasa nyeri
- Kesemutan yang tidak biasa
- Rasa tidak nyaman di lokasi gigitan
- Badan lemas
- Mengalami sakit kepala hebat
- Sakit tenggorokan
- Penurunan nafsu makan
- Insomnia
- Kesemutan atau mengalami rasa panas di lokasi gigitan
- Sebelum meninggal, akan mulai timbul beberapa phobia seperti phobia pada air (Hydrophobia), aerofobia, dan fotofobia.
Ketika rabies sudah mencapai tahap klinis, pengobatannya sangat terbatas dan kemungkinan untuk sembuh sangat kecil. Kebanyakan pasien yang sudah menunjukkan tanda-tanda rabies akan mengalami kerusakan saraf yang serius, bahkan jika mereka selamat. Dalam beberapa kasus, penderita akan mengalami komplikasi neurologis berat, termasuk kelumpuhan, kegagalan pernapasan, dan kejang, yang sering berujung pada kematian.
Diagnosis
Saat ini, belum ada alat yang disetujui oleh WHO untuk mendeteksi rabies sebelum gejala muncul. Diagnosis rabies pada manusia sulit dilakukan tanpa informasi mengenai riwayat kontak dengan hewan yang terinfeksi atau gejala spesifik seperti takut air (hidrofobia) atau takut udara (aerofobia). Oleh karena itu, penilaian risiko yang tepat sangat penting untuk menentukan apakah seseorang membutuhkan perawatan pasca-paparan (PEP).
Begitu gejala rabies muncul, penyakit ini hampir selalu berakhir fatal. Pada titik ini, perawatan paliatif yang penuh perhatian dan nyaman sangat dianjurkan untuk mengurangi penderitaan.
Untuk mengonfirmasi rabies setelah kematian, berbagai uji laboratorium dilakukan untuk mendeteksi virus pada jaringan yang terinfeksi, seperti otak, kulit, atau air liur. Jika memungkinkan, hewan yang menggigit juga perlu diuji untuk memastikan apakah terinfeksi rabies.
Pencegahan
Pencegahan rabies dimulai dengan vaksinasi hewan peliharaan yang berpotensi penular, seperti anjing, kucing, dan kera. Vaksinasi anjing merupakan langkah yang paling efektif untuk mencegah rabies pada manusia karena dapat menghentikan penularan dari hewan yang terinfeksi. Sementara itu, vaksinasi kucing juga penting karena kucing sering berinteraksi dengan manusia dan dapat menjadi vektor rabies. Selain itu, vaksinasi pada kera juga sangat penting, terutama di daerah dengan populasi kera liar atau sering berinteraksi langsung dengan manusia, seperti di kawasan wisata.
Vaksinasi pada manusia merupakan langkah pencegahan yang sangat penting. Vaksin rabies yang efektif tersedia untuk mengimunisasi orang sebelum dan sesudah terpapar virus. Vaksin ini sangat penting untuk mereka yang berisiko tinggi terpapar rabies, seperti pekerja kesehatan, petugas hewan, atau mereka yang tinggal di area dengan kejadian rabies tinggi. WHO merekomendasikan vaksinasi untuk orang yang berisiko atau setelah terpapar virus rabies, dengan vaksin yang telah memenuhi standar internasional.
Dengan vaksinasi serta meningkatkan kesadaran masyarakat, kita dapat mengendalikan dan memberantas rabies. Tindakan pencegahan yang tepat akan melindungi diri, keluarga, dan orang sekitar dari bahaya rabies. Pastikan hewan peliharaan yang berisiko divaksinasi dan segera mendapat perawatan medis jika terpapar hewan terinfeksi rabies.
Referensi
World Health Organization (WHO). “Rabies” 2024.
Kementrian Kesehatan. “Kenali Penyakit Rabies” 2023.