Bio Farma Konsisten Mengawal Forum Riset Vaksin Nasional
Forum Riset Vaksin Nasional (FRVN) yang mengusung tema besar Kemandirian Vaksin Nasional “ menuju dekade vaksin 2011-2020”, telah memasuki tahun ke empatnya pada 2014 ini. Untuk mencapai sasaran seperti dalam tema besar itu dibutuhkan kerja keras, kekompakan dan konsistensi dari berbagai pihak yang terlibat dalam agenda besar tersebut. Tampil sebagai pengagas FRVN, sejak kali pertama berlangsung pada 2011 lalu, PT Bio Farma (Persero) terus mendorong sinergi yang lebih erat sehingga terjadi percepatan untuk mewujudkan vaksin baru yang di butuhkan masyarakat Indonesia yang tentunya dengan harga terjangkau. Iskandar, Direktur Utama Bio Farma, mengemukakan tujuan dari FRVN 2014 ini mengarahkan periset yang masuk dalam tujuh working groups dan lima konsorsium untuk menerapkan hasil risetnya yang disesuaikan dengan kebutuhan industri. Terutama, katanya dari sisi pemenuhan persyaratan regulasi cara pembuatan obat yang baik atau CPOB, dan WHO Technical Report Series (WHO-TRS), serta membutuhkan pemenuhan pasar vaksin baru. “FRVN kali ini mengerucut pada penemuan vaksin baru, sehingga tidak ada lagi konsorsium atau working groups yang bekerja overlaping”. FRVN ke-4 tahun ini, mengangkat tema “implementasi hasil riset vaksin dalam rangka kemandirian vaksin nasional”, bertujuan melihat gambaran implementasi hasil riset dari masing-masing hasil konsorsium yang sudah terbentuk, serta diseminasi aspek regulasi produk agar riset dan pengembangan vaksin Indonesia dapat terpola dengan jelas dan mempunyai strategi implementasi yang baik. Ketua panitia FRVN ke-4, Erman Tritama mengatakan forum riset tahun di ikuti 165 peneliti yang masuk pada konsorsium dan working groups. Lima konsorsium menggarap hepatitis B, New-TB, Dengue, Vaksin HIV, Eritropoetin (EPO) atau Biosimilar. Adapun tujuh working groups menggarap influenza, malaria, rotavirus, Stem Cell, Pneumococcus and delivery system, Human Papiloma Virus (HPV) dan kebijakan (Policy). Kegiatan ini juga melibatkan badan pengelolaan dan pengawasan teknologi/ lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu, lembaga penelitian dan pengembangan kesehatan, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Technical advisory Group for Imunization, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, dan Komite Inovasi Nasional. Erman menambahkan FRVN 2014 merupakan rangkaian dari kegiatan FRVN yang telah dilakukan sebelumnya. FRVN pertama berlangsung pada 2011, mengusung tema Harmonisasi Penyeragaman Ide, tujuan dari berbagai pihak tentang apa yang ingin di capai oleh forum riset vaksin ini. Hasil dari FRVN pertama berupa kesepakatan diantara semua peserta bahwa kemandirian vaksin nasional itu penting. FRVN kedua pada 2012, mengambil tema Akselerasi dengan tujuan adanya percepatan pada apa yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Erman, pada tahap kedua ini beragam informasi di sajikan untuk mempercepat proses. “Forum Riset yang kedua diharapkan bisa mempercepat proses pembuatan vaksin.” katanya. Pada FRVN ke tiga pada 2013 lalu merupakan sarana pemantapan dari apa yang telah dilakukan atau disempurnakan. Sedangkan pada 2014 FRVN mengambil tema Implemtasi dari apa yang telah disempurnakan sebelumnya. Novilia Sjafri Bachtiar, penasehat FRVN 2014, mengatakan untuk mewujudkan kemandirian vaksin nasional dibutuhkan kerja keras dan semangat luar biasa dari semua pihak. Menurutnya, untuk memproduksi vaksin dibutuhkan waktu yang sangat lama antara 10-20 tahun. “Bahkan untuk vaksin Dengue dibutuhkan waktu 30 tahun untuk Sampai pada uji klinis”. Pada kesempatan forum riset inilah, Bio Farma berperan untuk mendorong para peneliti agar tetap semangat dan termotivasi. Dia optimistis pada peneliti yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Tanah Air akan mampu berbuat banyak untuk mewujudkan kemandirian vaksin nasional. Apalagi, sumber daya peneliti di berbagai universitas di Tanah Air ternyata cukup banyak dan memiliki keahlian yang menjanjikan. “Kami bahkan kaget karena mereka sudah meneliti pula vaksin untuk H5N1. Tadinya kami kira hanya di Unair, ternyata di UI juga ada dan ternyata sudah cukup maju.“ ujarnya. Novilia mengatakan sinergi dengan penelitian dari perguruan tinggi ini jelas merupakan modal kuat untuk mewujudkan kekuatan yang lebih besar. Menurutnya, akan sangat panjang prosesnya jika Bio Farma mengandalkan kekuatan sendiri atau bekerja sama dengan pihak lain dari luar negeri. Jika bekerja sama dengan luar negeri, katanya, tidak mendorong kemandirian dalam urusan vaksin, “kalau suatu saat terjadi sesuatu, akan susah menghasilakan vaksin.” Sumber : Bisnis Indonesia, 20 Agustus 2014
National Vaccine Research Forum (FRVN) that carries the major themes of the National Vaccine Self-Reliance" to the vaccine decade of 2011-2020" has entered its fourth year in 2014. To achieve such goals in big themes needs a hard work, teamwork and consistency of the various parties involved in such a large agenda. As the initiator of FRVN, since the first took place in 2011, PT Bio Farma (Company) continues to push for closer synergy resulting the acceleration to manifest a new vaccine needed by the people of Indonesia which is certainly in an affordable price. Iskandar, Director of Bio Farma, said the purpose of this FRVN 2014 is directing the researcher who are included in the seven working groups and five consortium to apply the research results that are tailored with the needs of industry. Especially, he said of the fulfillment of regulatory requirements of how to make a good medicine or CPOB, and WHO Technical Report Series (WHO-TRS), and requiring the fulfillment of new vaccines market. "FRVN this time narrowed to the discovery of new vaccine, so there is no longer a consortium or working groups that work overlapping”. The 4th FRVN this year with the theme of "the implementation of the vaccine research results due to the Self-Reliance of national vaccine", aims to look at the illustration of the implementation of the research results of each consortium result that has been formed, as well as the dissemination of the product regulatory aspects so that the research and development of Indonesian Vaccine can be clearly patterned and have a good implementation strategy. The Chairman of the 4th FRVN Committee, Erman Tritama said the years research forum is followed by 165 of researchers that go to the consortium and working groups. Five consortiums work on hepatitis B, New-TB, Dengue, HIV vaccine, erythropoietin (EPO) or Biosimilar. The seven working groups work on influenza, malaria, rotavirus, Stem Cell, Pneumococcus and delivery system, Human Papilloma Virus (HPV) and policy (Policy). This activity also involves management and technology oversight agencies / Indonesian Institute of Sciences, Ministry of Research and Technology, Ministry of Health, and the Ministry of Education and Culture. In addition, research and development institutes of health,The National Agency of Drug and Food Control (BPOM), Technical Advisory Group for Imunization, the Directorate General of Intellectual Property Rights, and the National Innovation Committee. Erman added FRVN 2014 is a series of FRVN activities that have been done before. FRVN first took place in 2011, with the theme of Harmonization of Idea Unification, the purpose of the various parties about what will be achieved by the vaccine research forum. The results of the first FRVN are the consensus among all participants that the Self-Reliance of the national vaccine is important. The second FRVN in 2012, take the theme of Acceleration with the aim of the existence of accelerating on what has been defined previously. According to Erman, in this second stage, the variety of information is presented to speed up the process. "The Second Research Forum are both expected to speed up the process of the vaccine manufacturing." He said. In the third FRVN in last 2013 was a means of consolidation of what has been done or completed. While in 2014, FRVN takes the theme of implementation from what has been previously completed. Novilia Sjafri Bachtiar, the 2014 FRVN adviser, said to realize the Self-Reliance of the national vaccine need hard work and extraordinary spirit of all parties. According to him, in order to produce a vaccine takes a very long time between 10-20 years. "Even for a dengue vaccine takes 30 years until clinical trials". On the occasion of this research forum, Bio Farma plays a role to encourage the researchers to keep in spirit and motivated. He is optimistic that researchers from various universities in the country will be able to do much to realize the Self-Reliance of the national vaccine. Moreover, the resources of researchers at various universities in the country are quite a lot and have the promising skill. "We were even surprised that they had also examined for the H5N1 vaccine. At first we thought it was only in Airlangga University, actually it was also in UIand was already quite advanced. "He said. Novilia said that synergy with university research is clearly a strong capital to achieve greater strength. According to him, it would be a long process if Bio Farma rely on their own capacity or cooperating with others from abroad. If cooperating with abroad, he said, it will not encourage the Self-Reliance in matters of vaccine, "if one day something happens, it will be difficult resulting in vaccine.” Source : Bisnis Indonesia, August 20, 2014